RI Bakal Segera Terapkan Sistem Tanpa Berhenti di Gerbang Tol

Pembayaran di gerbang tol saat ini sudah menggunakan sistem non tunai.

oleh Merdeka.com diperbarui 03 Des 2018, 12:30 WIB
Diterbitkan 03 Des 2018, 12:30 WIB
Jalan Tol Solo-Ngawi
Gerbang tol Ngemplak merupakan salah satu pintu ruas jalan tol Solo-Ngawi menuju Kota Solo.(Liputan6.com.Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta - Pembayaran di gerbang tol saat ini sudah menggunakan sistem non tunai. Namun, ternyata hal tersebut belum sepenuhnya efektif mengurangi antrean masuk jalan tol.

Pengguna masih butuh banyak waktu saat menempelkan atau tapping kartu pembayaran elektronik hingga palang pintu gerbang tol terbuka. Jika volume kendaraan cukup tinggi, masih terjadi antrean cukup panjang pada pintu-pintu tol.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Perhubungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Sugihardjo menyebutkan, kondisi tersebut harus segera diatasi dengan penerapan sistem baru yaitu Multi Lane Free Flow (MLFF) atau proses pembayaran tol tanpa henti.

Hal ini menjadi sangat penting sebab kepadatan lalu lintas di jalan tol tidak hanya terjadi di hari-hari besar saja namun terjadi setiap hari di jam sibuk.

"Ketika kondisi lalu lintas padat maka layananan di gerbang itu menjadi penting. Karena itu, transaksi di tol harus dipercepat, sehingga layanannya menjadi baik, karena itu sudah dilakukan sekarang sudah cashless tapi masih berbasis touchscreen," kata Sugihardjo yang akrap disapa Jojo dalam acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) dalam Meningkatkan Efisiensi Sektor Transportasi” di Jakarta, Senin (3/12/2018).

Mengacu pada Permen PU Nomor 16/PRT/M/2016 tentang Standar Pelayanan Miimum Jalan Tol, terdapat 8 indikator yang harus diperhatikan yaitu: a) kondisi jalan; b) keselamatan; c)rata-rata kecepatan; d) Kondisi darurat; e) Aksesibilitas; f) Pergerakan; g) Lingkungan dan h) Rest Area. 

"Dari 8 indikator tersebut, aksesibilitas merupakan hal yang masih perlu ditingkatkan karena aksesibilitas diukur dari rata-rata lama transaksi dan jumlah antrian di pintu tol,” ujar dia.

"Rata-rata dari semua jenis transaksi di pintu tol, waktu maksimal tidak boleh lebih dari 10 detik dan jumlah antrean kendaraan tidak boleh lebih dari 10 kendaraan. Hal ini masih belum tercapai untuk pintu-pintu tol yang mempunyai volume lalu lintas tinggi," tambah dia.

Jojo menceritakan, pengalamannya di Korea Selatan yang telah menerapkan sistem masuk tanpa berhenti di gerbang tol. Tak ada palang yang menghalangi pintu masuk, sehingga ketika sudah tapping kartu dapat langsung masuk.

"Ada satu hal yang menarik saat saya berkunjung ke Korea, di sana masyarakat saat memasuki stasiun, saat tap mau masuk tidak ada barrier nya sama sekali, jadi ada positive signing, ini perlu kita terapkan, ini sistem positif yang bisa mempercepat semua hal. Sehebat apapun taping tetap ada antrian, jadi MLFF ini perlu untuk diterapkan biar tidak ada lagi antrean. Diasumsikan bahwa semua orang bayar jadi gak perlu dihalangi," ujar dia.

 

Selanjutnya

Sejumlah mobil mengantre untuk melintasi gerbang Tol Brebes Barat saat mudik natal
Sejumlah mobil mengantre untuk melintasi gerbang Tol Brebes Barat saat mudik natal (23/12). (Liputan6.com/ Gabriel Abdi Susanto)

Penerapan MLFF sudah diwacanakan sejak lama. Namun, hingga sekarang belum terelaisasi. MLFF memungkinkan pengguna jalan tol tidak perlu menghentikan kendaraan pada saat bertransaksi karena ada alat pembayaran elektronik yang dipasang pada kendaraan.

Alat tersebut memancarkan sinyal tertentu yang nantinya akan dibaca melalui alat perekaman di gardu tol, sehingga pengendara tinggal lewat dan secara otomatis saldo terpotong.

Terdapat beberapa jenis teknologi MLFF. Yang pertama adalah Automatic Number Plate Recognition (ANPR) sistem kerjanya adalan deteksi melalui plat nomor kendaraan. Kedua adalah Dedicated Short Communication Range (DSCR) yang mendeteksi jarak pendek melalui frekuensi radio.

Ketiga adalah Radio Frequency Identification (RFID) yaitu deteksi melalui stiker yang dipasang di kendaaraan. Keempat adalah Global Satelite Navigation System (GSNS) yaitu deteksi melalui data satelit yang dapat mengetahui posisi kendaraan.

"Kalau kita lihat MLFF teknologinya pertama ada RFId lebih murah dengan satu sticker barcode, terus DSRC pake Obu. Yang lebih murah itu GNSS, deteksi dengan data satelit. Tapi ini kan belum kita tentukan mau pakai yang mana,” ujarnya.

Oleh karena itu, untuk kepentingan nasional Jojo menegaskan harus ada kesepakatan bersama untuk menentukan teknologi yang akan diterapkan dalam MLFF tersebut.

"Saran saya, buat teknologi untuk MLFF ini apa? ya kita harus bisa bersepakat bersama, sebelum nanti sudah tersepakati, tapi tiba-tiba ingin ganti sistem itu susah, harus ganti semua. Jadi kita harus milih satu. Karena kita baru, baiknya kita pilih teknologi terbaru, ter-advance dengan biaya yang efisien, paling murah," ujar dia.

Penambahan Panjang jalan tol dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan cukup signifikan. Sampai dengan tahun 2018, total Panjang jalan tol mencapai 1.182 km dan akan ditargetkan mencapai 1.851,4 km pada 2019. Saat ini, rata-rata jumlah kendaraan keluar masuk tol di Indonesia sebanyak 3,7 juta kendaraan per hari. Adapun metode pembayaran yang diterapkan menggunakan electronic card reader (cashless).  

Rencana implementasi Multilane free flow (MLFF) secara bertahap pada pintu-pintu tol di Indonesia dapat memperlancar arus lalu lintas pada pintu tol. Jika dibandingkan kecepatan transaksi antara manual, Single lane free flow (SLFF) dan MLFF adalah sebagai berikut:

a. Manual Toll: 350 kendaraan/jam 

b. SLFF: 1,500 kendaraan/jam

c. MLFF: 2,500 kendaraan/jam

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya