Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, tren pelambatan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) membawa angin positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Membaiknya indikator ekonomi kita di tengah melesunya ekonomi negara-negara besar memunculkan sentimen positif investor asing dan mendorong mengalirnya modal ke pasar-pasar keuangan indonesia," ucapnya kepada Liputan6.com, Selasa (8/1/2019).
Dia menambahkan, surat utang negara (SUN) bahkan ikut merasakan dampak positif dari membaiknya sejumlah indikator ekonomi di dalam negeri.
Advertisement
Baca Juga
"Terlihat di besarnya minat pembeli SUN global yang ditawarkan oleh pemerintah untuk pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 serta di lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada minggu pertama tahun 2018," ujar dia.
"Jadi selama sentimen positif ini bisa terus dijaga, bukan tidak mungkin rupiah terus melanjutkan penguatan kembali ke bawah Rp 14.000," ia menambahkan.
Sementara itu, Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan, salah satu penyebab fluktuasi nilai tukar rupiah disebabkan efek Pemilu pada April 2019.
"Rupiah memang cukup volatile karena efek Pemilu April ini. Beberapa investor mengincar aset portfolio saham dengan valuasi bagus. Tapi perburuan ini bisa tertahan karena pemilu," ujar dia.
Rupiah Melemah ke Posisi 14.147 per Dolar AS
Sebelumnya, nilai tukar rupiah belum mampu mempertahankan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa pekan ini. Hal itu didorong dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang utama lainnya.
Pada penutupan perdagangan, rupiah melemah terhadap dolar AS. Mengutip data Bloomberg, Selasa 8 Januari 2019, rupiah merosot 65 poin atau 0,46 persen ke posisi 14.147 per dolar AS. Sepanjang Selasa pekan ini, rupiah bergerak di posisi 14.002-14.162 per dolar AS.
Rupiah sempat menguat pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Rupiah menguat 23 poin terhadap dolar AS. Rupiah di posisi 14.059 per dolar AS pada penutupan kemarin 14.082 per dolar AS.
Sedangkan kurs referensi Jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor), rupiah menguat 74 poin atau 0,5 persen ke posisi 14.031 per dolar AS pada posisi 8 Januari 2019 dari posisi 7 Januari 2019 di posisi 14.015.
Penguatan rupiah ini terjadi sejak 3 Januari dari posisi 14.474 per dolar AS ke posisi 14.350 per dolar AS pada 4 Januari 2019.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, rupiah tertekan didorong penguatan dolar AS. Hal itu lantaran pelaku pasar menanti perkembangan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Selain itu, dolar AS juga sudah melemah beberapa hari ini sehingga sekarang dolar AS menguat," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.
Ia prediksi, nilai tukar rupiah masih cenderung tertekan pada perdagangan Rabu pekan ini. Hal itu lantaran tren dolar AS menguat dan menanti pembicaraan negosiasi perdagangan antara AS-China. “Rupiah akan bergerak di kisaran 14.075-14.225 per dolar AS," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement