Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah belum mampu mempertahankan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa pekan ini. Hal itu didorong dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang utama lainnya.
Pada penutupan perdagangan, rupiah melemah terhadap dolar AS. Mengutip data Bloomberg, Selasa (8/1/2019), rupiah merosot 65 poin atau 0,46 persen ke posisi 14.147 per dolar AS. Sepanjang Selasa pekan ini, rupiah bergerak di posisi 14.002-14.162 per dolar AS.
Rupiah sempat menguat pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Rupiah menguat 23 poin terhadap dolar AS. Rupiah di posisi 14.059 per dolar AS pada penutupan kemarin 14.082 per dolar AS.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan kurs referensi Jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor), rupiah menguat 74 poin atau 0,5 persen ke posisi 14.031 per dolar AS pada posisi 8 Januari 2019 dari posisi 7 Januari 2019 di posisi 14.015.
Penguatan rupiah ini terjadi sejak 3 Januari dari posisi 14.474 per dolar AS ke posisi 14.350 per dolar AS pada 4 Januari 2019.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, rupiah tertekan didorong penguatan dolar AS. Hal itu lantaran pelaku pasar menanti perkembangan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Selain itu, dolar AS juga sudah melemah beberapa hari ini sehingga sekarang dolar AS menguat," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.
Ia prediksi, nilai tukar rupiah masih cenderung tertekan pada perdagangan Rabu pekan ini. Hal itu lantaran tren dolar AS menguat dan menanti pembicaraan negosiasi perdagangan antara AS-China. “Rupiah akan bergerak di kisaran 14.075-14.225 per dolar AS," ujar dia.
JK Harap Dolar AS Kembali Turun
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berharap nilai dolar Amerika Serikat (AS) kembali turun. Dia juga optimistis menjaga penguatan rupiah terhadap dolar AS.
"Mudah-mudahan nanti (dolar AS) bisa turun lagi," kata JK di Kantornya, Jalan Merdeka Utara, Selasa 8 Januari 2019.
Dia juga menuturkan kinerja positif yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dan Menteri Keuangan. Menurut dia, salah satu pendorong penguatan rupiah adalah investasi asing yang mulai masuk kembali.
Oleh karena itu, Bank Indonesia menaikkan suku bunga secara bertahap selama enam bulan terakhir dari 4,25 persen menjadi 6 persen. Di sisi lain JK pun menilai faktor eksternal dapat berpengaruh di mana ekonomi Amerika Serikat sedikit goyah.
"Yang dulunya keluar sekarang (investasi asing) kembali masuk lagi karena lebih tertarik dari pada itu. Di samping itu juga ekonomi Amerika tidak sekuat, apa, banyak masalah-masalah, sehingga mereka lebih memilih untuk investasi keluar sehingga rupiah kita menguat," kata JK.
Sebab itu untuk menjaga penguatan rupiah, JK menjelaskan pihaknya akan berupaya jaga defisit perdagangan dan anggaran tidak terlalu besar ke depan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih memiliki potensi untuk terus mengalami penguatan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement