Prabowo Pidato Ekonomi Indonesia, Ini Fakta yang Diungkap Faisal Basri

Tingkat kemiskinan Indonesia pada Maret 2018 di angka 9,82 persen. Level tersebut merupakan sejarah karena kali pertama berada di bawah 10 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Jan 2019, 11:13 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 11:13 WIB
Faisal Basri Sarankan Hapus Premium
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Faisal Basri saat konferensi pers di Jakarta, Minggu (21/12/2014). (Liputan6.com/herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Faisal Basri mengatakan bahwa Indonesia mengalami banyak kemajuan di sektor ekonomi dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia pun memaparkan angka-angka di sektor ekonomi yang menunjukkan Indonesia mengalami banyak kemajuan.

Faisal merincikan, angka kemiskinan mengalami penurunan dan rasio ketimpangan juga terus membaik. Selain itu, harga-harga juga terkendali.

"Yang naik itu apa sih? Hampir tidak ada. kecuali panerbangan tapi sudah diturunkan kembali. Listrik sudah tiga tahun tidak naik. Jadi justru dikendalikan," kata Faisal saat berbincang di Kompas TV, seperti dikutip Selasa (15/1/2019).

Ucapan Faisal ini menanggapi pidato kebangsaan Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto di JCC Senayan, Jakarta, Senin 14 Januari 2019.

"Inikah keadaan kondisi kejanggalan yang besar, paradoks negara kaya rakyatnya masih banyak yang miskin." kata Prabowo.

Dalam pidato tersebut, Prabowo mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang ia nilai kini tengah dihadapi masyarakat Indonesia.

Mengutip BPS, tingkat kemiskinan Indonesia pada Maret 2018 di angka 9,82 persen. Level tersebut merupakan sejarah karena kali pertama berada di bawah 10 persen.

BPS juga mencatat bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio sebesar 0,389 pada Maret 2018. Angka ini turun jika dibandingkan September 2017 yang sebesar 0,391 dan turun juga jika dibandingkan dengan Maret 2017 yang sebesar 0,393.

Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi, BPS mencatat bahwa pada kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya 5,06 persen.

Pemerintahan Jokowi juga telah berhasil memberikan keadilan di sektor energi. Sebanyak 131 titik lembaga penyalur penyedia BBM sudah dapat melayani distribusi jenis Premium dan Solar satu harga (BBM Satu Harga) di Indonesia.

Dari 131 titik BBM Satu Harga yang terbangun akhir 2018, sebanyak 9 lembaga penyalur dibangun oleh PT AKR Corporindo dan sisanya dibangun oleh PT Pertamina.

Pemerintah juga memutuskan untuk tidak mengubah harga listrik. Kementerian ESDM menyatakan bahwa besaran tarif listrik periode Januari-Maret 2019 ditetapkan sama besarnya, dengan besaran tarif listrik sebelumnya, yaitu periode Oktober-Desember 2018.

Besaran tarif ini juga sama dengan tarif yang berlaku sejak 2017.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bank Dunia: Saat Ekonomi Dunia Suram, Indonesia Tetap Stabil

2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Darmin Nasution, masih kecil lantaran belum ada orientasi ekspor dari industri dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Dunia merilis data terbaru terkait prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 hingga 2021 mendatang. Laporan tersebut bertajuk Darkening Skies, cerminan dari situasi ekonomi dunia akibat perang dagang.

"Darkening Skies menyorot betapa rawannya juncture (titik krusial) ekonomi terkini. Singkatnya, pertumbuhan telah melemah, ketegangan dagang masih tinggi, beberapa ekonomi negara berkembang mengalami stres finansial, dan outlook risiko telah bertambah," tulis laporan Bank Dunia. 

Bagaimana nasib Indonesia?

Jika melihat laporan tersebut, Gross Domestic Product (GDP) Indonesia terpantau perlahan tapi pasti naik selama tiga tahun berturut-turut.

Pada tahun 2016, ekonomi Indonesia ada di angka 5 persen, tahun selanjutnya naik 5,1 persen, dan tahun 2018 menjadi 5,2 persen.

Pada tahun yang "muram" ini, ekonomi Indonesia untungnya diprediksi tidak menurun, melainkan stabil di angka 5,2 persen. Barulah tahun selanjutnya ekonomi akan kembali naik ke level 5,3 persen.

Dibandingkan negara berkembang lain seperti negeri jiran Malaysia, kondisi Indonesia relatif baik. Sebab, ekonomi Malaysia justru secara perlahan stagnan dan menurun dari 4,7 persen ke 4,6 persen hingga 2021.

Kondisi ekonomi Indonesia malah jauh lebih stabil ketimbang Turki. Ekonomi negara itu terjun bebas dari 7,4 persen di 2017 menjadi 3,5 persen di 2018, dan diprediksi terperosok ke 1,6 persen tahun ini.

Pemerintah Indonesia juga sudah menyadari kondisi ekonomi dunia di tahun 2019. Solusi yang ditempuh Presiden Joko Widodo di antaranya perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM), dan Menteri Keuangan Sri Mulyani juga meminta berbagai pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi ekonomi global.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya