Pertamina dan Bukit Asam Siapkan Perusahaan Patungan Penghasil Bahan Baku LPG

PT Pertamina (Persero) jajaki pembentukan usaha patungan dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Jan 2019, 21:15 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 21:15 WIB
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) jajaki pembentukan usaha patungan dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Pembentukan usaha itu untuk pengembangan gasifikasi batu bara dimethyl ether (DME‎)‎ sebagai pengganti bahan baku Liquified Petroleum Gas (LPG).

‎Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno mengatakan, kedua perusahaan telah menandatangani pokok perjanjian pembentukan usaha patungan, untuk pengembangan DME sebagai pengganti bahan baku LPG.

"It is dream come true. Because this joint venture sigining from Pertamina dan PTBA," kata Rini, di Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Rini menuturkan, sinergi BUMN tersebut melibatkan air product sebagai perusahaan pemilik teknologi pengubah batubara menjadi DME.

Sedangkan PT Bukit Asam Tbk ‎memiliki sumber pasokan batu bara dan Pertamina sabagai penyalur LPG.

"Air Product punya teknologi yang oke, kita punya raw material yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi subtitusi LPG. Diskusi tentang low calori dan proses. saya lihat sendiri bagaimana Air Products bisa membuat teknologi itu," tutur Rini.

 

Selanjutnya

Pertambangan
Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menambahkan, penggunaan DME sebagai bahan baku LPG menekan impor.

Untuk diketahui dari 7,11 juta ton LPG yang dikonsumsi sepanjang 2017, 75 persen bahan bakunya dipasok dari impor, sehingga kerja sama ini akan ampuh mengurangi impor bahan baku LPG.

"Ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional,‎" ujar dia.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengatakan, fasilitas pengolahan batubara menjadi gas akan dibangun di Pranap Riau, studi kelayakan proyek tersebut akan  dimulai pada awal Februari 2019 kemudian dilanjutkan pembangunan fisik pada Maret 2019‎.

‎Pembangunan fasilitas pengolahan batubara menjadi gas diperkirakan memakan waktu 18 sampai 24 bulan, sehingga pada akhir 2021 sudah menghasilkan LPG dari bahan baku LPG sekirat 1,4 juta ton dari batubara yang diolah sebanyak 9,2 juta ton per tahun.

‎"Kemudian lama pembangunannya kita harapkan bisa kita mulai setelah kita buat joint venture company, 24 bulan kemudian kita harapkan pabrik ini bisa beroperasi," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya