Debat Capres Jokowi vs Prabowo, Ini Prediksi Analis Moody's

Debat pilpres kedua tentang ekonomi akan penting bagi Jokowi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Feb 2019, 10:01 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2019, 10:01 WIB
Ekspresi Jokowi - Ma'ruf Amin Saat Mengikuti Debat Perdana
Capres dan Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin saat Debat Capres Pilpres 2019 pertama di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). Debat perdana ini mengangkat tema hukum, hak asasi manusia, terorisme, dan korupsi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Singapura - - Debat pilpres 2019 kedua pada Minggu (17/2/2019) akan membahas topik ekonomi. Tim Kampanye Nasional (TKN) menilai Presiden Jokowi akan lebih unggul karena pembangunan infrastruktur menjadi andalan pemerintahannya.

Ketika ditanya mengenai debat pilpres kedua, analis asing menyatakan bahwa performa ekonomi akan menjadi hal penting dalam prosesi pemilu, terutama bagi Presiden Jokowi.

"Performa ekonomi cenderung menjadi program penting pemilu, dengan Jokowi menjanjikan hasil pertumbuhan," jelas Anushka Shah, Vice President Senior Analyst Moody's Investors Service di Singapura ketika dihubungi Liputan6.com.

Kedua calon presiden juga sama-sama memberikan janji populis. Pada debat pertama, Prabowo ingin menaikkan gaji PNS dan belakangan Jokowi melakukan hal serupa dengan menyetarakan gaji perangkat desa.

Anushka menilai, janji-janji demikian akan memberikan pengaruh implisit dan eksplisit pada kebijakan fiskal. Selain itu, dia percaya kedua calon akan kompak memakai isu nasionalisme sumber daya alam. 

"Sentimen tersebut sama-sama disukai kedua kandidat," jelasnya.

Berbicara infrastruktur yang menjadi andalan Jokowi, analis lain menyebut akan ada kelesuan di sektor properti, baik itu dari segi pembeli maupun pengembang. Penyebabnya adalah ketidakpastian seputar kebijakan.

"Kami memperkirakan penjualan properti akan lesu karena, pertama, pengembang cenderung memperlambat atau menahan peluncuran-peluncuran proyek baru pada periode ini," ujar Jacintha Poh, Vice President Senior Credit Officer Moody's Investors Service.

"Kedua, pembeli cenderung mengadopsi pendekatan wait-and-see karena kemungkinan ada ketidakpastian di seputar kebijakan," jelas Jacintha. 

Tim Jokowi pun percaya diri unggul karena akan mengandalkan angka dan data, terutama di bidang energi, pangan, dan infrastruktur.

Aman dari Disrupsi

Presiden Jokowi kumpulkan para pemimpin bank
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat menerima pimpinan bank umum Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pihak Moody's juga menjelaskan, pengeluaran pemerintah harus terus ditingkatkan. Ini dilakukan demi mendorong laju pertumbuhan.

"Pada masa menjelang pemilihan, pengeluaran pemerintah harus terus meningkat untuk mendukung pertumbuhan pokok," jelas Anushka.

Ia pun memprediksi tidak akan disrupsi berarti pada makroekonomi di musim pemilu ini. Perubahan besar-besaran pun diperkirakan tidak terjadi.

"Kami tidak memprediksi disrupsi apapun di parameter ekonomi menjelang pemilu, kemungkinan tidak akan ada implementasi reformasi besar," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya