Harga Emas Naik Terdorong Kesepakatan Brexit

Nilai tukar dolar AS jatuh dari posisi tertinggi dalam tiga bulan. Hal tersebut membuat emas batangan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Mar 2019, 06:45 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2019, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik tipis pada perdagangan Selasa didukung oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) setelah adanya terobosan nyata dalam negosiasi Brexit antara Uni eropa dengan Inggris. Namun, penguatan pasar saham membatasi gerak harga emas.

Mengutip CNBC, Rabu (13/3/2019), harga emas di pasar spor naik 0,36 persen menjadi USD 1.298,61 per ounce. Sedangkan untuk harga emas AS naik 0,6 persen menjadi USD 1.229,10 per ounce.

Analis Capital Economics Ross Strachan mengatakan, pelemahan dolar AS terjadi setelah adanya tanda-tanda kesepakatan pada pembicaraan Brexit. Hal tersebut memberikan dukungan jangka pendek kepada emas.

Nilai tukar dolar AS jatuh dari posisi tertinggi dalam tiga bulan. Hal tersebut membuat emas batangan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Namun sayangnya, kenaikan harga emas tak terlalu tinggi. Perubahan pada menit-menit terakhir terhadap pengaturan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa memicu kenaikan saham global sehingga mendorong investor mengalihkan dananya ke saham dari emas. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perdagangan Sebelumnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

 Harga emas jatuh pada hari Senin (Selasa pagi WIB) tertekan penguatan pasar saham global dan penjualan ritel AS yang lebih kuat dari yang diperkirakan menghilangkan beberapa kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi.   

Dilansir dari Reuters, Jumat (12/3/2019), harga emas di pasar spot turun 0,5 persen menjadi USD 1.292,21 per ounce, sedangkan emas berjangka AS menetap 0,6 persen lebih rendah pada USD 1.291,1 per ounce.

Harga spot terpukul USD 1.300,61 pada hari Jumat, tetapi dengan cepat turun kembali ke bawah ambang USD 1.300 per ounce. 

"Penjualan ritel lebih baik, yang berarti ekonomi tidak tentu melambat secepat yang disarankan beberapa orang," kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.

Penjualan ritel AS naik 0,2 pada Januari, mengejutkan para ekonom yang mengharapkannya tetap tidak berubah. Data bisa mendorong sikap yang kurang dovish dari AS.

Ketua Bank Sentral AS atau the Fed Jerome Powell pada hari Minggu menekankan dia akan memantau dengan cermat bagaimana dampak perlambatan ekonomi global kondisi di Amerika Serikat untuk memutuskan masa depan lintasan suku bunganya. Suku bunga AS yang lebih tinggi mengurangi minat investor terhadap emas yang tidak menghasilkan.

Saham global meninggalkan minggu terburuk di tahun ini menyusul janji China untuk langkah-langkah stimulus lebih lanjut untuk menyembuhkan ekonomi mereka yang sakit.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya