Menteri PUPR: Penanganan Banjir Jakarta Tugas Gubernur DKI

Penanganan masalah banjir ini merupakan wewenang dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Apr 2019, 14:45 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2019, 14:45 WIB
Banjir di Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur, Jumat (26/4/2019)
Banjir di Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur, Jumat (26/4/2019). (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turut berkomentar soal bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jakarta sejak beberapa hari lalu.

Dia mengatakan, penanganan masalah banjir ini merupakan wewenang dari Gubernur DKI Jakarta saat ini, Anies Rasyid Baswedan.

"Pak Gubernur (Anies) lagi bekerja untuk Banjir. Banjir kan ngono-ngono wae," ujar dia di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (30/4/2019).

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat ada 17 titik lokasi banjir setelah Bendungan Katulampa di Bogor berstatus siaga I dengan ketinggian 220 cm, dan Pintu Air Depok juga berstatus siaga I dengan tinggi muka air 360 cm.

Berdasarkan data yang dihimpun BPBD DKI Jakarta dari Pusat Data dan Informasi kebencanaan di Jakarta, Jumat (26/4/2019), titik lokasi banjir meliputi dua wilayah yakni di Jakarta Selatan dan di Jakarta Timur.

Adapun beberapa kawasan di Jakarta Selatan yang terserang banjir dengan ketinggian 20-170 cm antara lain RW 07 Kelurahan Lenteng Agung, RW 01 Kelurahan Srengseng Sawah, RW 01 Kelurahan Pengadegan, RW 07 Kelurahan Rawajati, serta RW 05-06-07-08 di Kelurahan Pejaten Timur.

Sementara wilayah Jakarta Timur mencakup RW 02-05-08 di Kelurahan Cawang, RW 05 Kelurahan Balekambang, RW 04-05-08 di Kelurahan Kampung Melayu, dan RW 07-11 di Kelurahan Bidara Cina. Ketinggian banjir di kawasan tersebut mencapai 20-100 cm.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Anies Baswedan Sebut Jumlah Pengungsi Banjir Jakarta Menurun

Anies Baswedan menyambangi lokasi banjir Jakarta
Anies Baswedan menyambangi lokasi banjir Jakarta

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut, data pengungsi banjir kali ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan peristiwa pada 2015. Pada banjir 2015 lalu, kata Anies, jumlah pengungsi mencapai 230 ribu jiwa. Sementara saat ini hanya sekitar 1.600 orang.

"Kenapa terjadi (banjir)? karena volume air dari hulu tidak dikendalikan. Jadi kalau dibandingkan sangat kecil dibandingkan dengan 2015," ujar Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (29/4/2019).

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengatakan, pengendalian volume air dari hulu tersebut seperti halnya pembangunan waduk-waduk resapan.

"Begitu hujan ya langsung mengalir kalau itu dibuatkan waduk-waduk. Maka volume air yang turun akan terkendali. Itulah jangka pendek yang harus segera dituntaskan," ucapnya.

Tak hanya itu, dia juga mengklaim banjir di Jakarta lebih cepat surut. Bahkan saat ini, kata Anies, jumlah pengungsian juga sudah berkurang berdasarkan data semalam.

"Jumlah lokasi pengungsian sudah tinggal 4 lokasi. Artinya, air surut sudah cepat," ujar dia.

Anies menyatakan banyak wilayah yang terhindar dari banjir. Selain itu, dia juga bersyukur tak ada peristiwa air laut pasang.

"Permukaan air laut surut sehingga kita bisa mengelola air di Jakarta lebih baik. Bila air dari hulu jumlahnya banyak, lalu air di laut pasang, maka Jakarta bisa terendam. Alhamdulillah kita kemarin terhindar dari itu," tuturnya.

Banjir Jakarta Tak Ganggu Aktivitas Bisnis di Ibu Kota

Banjir Kiriman dari Bogor Rendam Pejaten Timur
Seorang anak melintasi banjir yang menggenangi kawasan Pejaten Timur, Jakarta, Jumat (26/4). Banjir yang berasal dari luapan Sungai Ciliwung tersebut merendam ratusan rumah warga hingga kedalaman lebih dari satu meter. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Banjir yang melanda sejumlah titik di Jakarta tidak berdampak pada kegiatan ekonomi Ibu Kota. Pasalnya, banjir tersebut berada di kawasan permukiman dan padat penduduk.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, banjir yang terjadi beberapa hari terakhir tidak melanda kawasan bisnis dan perdagangan seperti Tanah Abang dan Mangga Dua.

"Dari pengamatan kita, karena kebetulan tidak memasuki kawasan pusat perdagangan. Biasanya yang kita pantau seperti Mangga Dua, Kramat Jati, Tanah Abang. Pada kenyataannya sejauh ini tidak ada banjir di kawasan-kawasan itu, terutama di Mangga Dua," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (29/4/2019).

Lantaran tidak melanda pusat bisnis dan ekonomi, lanjut, maka kerugian yang dialami oleh para pelaku usaha juga relatif tidak ada. Sejauh ini, kegiatan ekonomi di Ibu Kota masih berjalan normal.

‎‎"Karena memang tidak mengganggu, ya relatif tidak ada. Jadi banjir itu tidak sampai mengganggu aktivitas ekonomi, normal-normal saja. Biasanya kalau sampai mengganggu ekonomi, para pedagang memberikan informasi kepada kita dan bisnis pasti akan tersendat. Tetapi tahun ini, tidak begitu mengganggu," kata dia.

Namun demikian, Sarman tetap berharap masalah banjir ini cepat selesai. Sebab, berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat terlebih jelang masuknya Ramadan.

"Yang ada adalah banjir di kawasan permukiman yang selama ini menjadi langganan banjir seperti di Kebon Pala dan lain-lain. Yang menjadi harapan kami musim hujan ini segera berakhir, terlebih kan kita sebentar lagi memasuki bulan puasa di mana aktivitas ekonomi masyarakat akan meningkat, sehingga ini tidak terganggu," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya