Ekonomi Global Lesu, Harga Emas Bakal Naik Lagi

Sejumlah analis memperkirakan harga emas kembali melanjutkan tren penguatan pada minggu ini.

oleh Bawono Yadika diperbarui 19 Agu 2019, 07:30 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2019, 07:30 WIB
Ilustrasi Harga Emas (4)
Ilustrasi Harga Emas

Liputan6.com, Jakarta Harga emas di pasar spot diprediksi bakal terus naik didorong berbagai sentimen global yang kini terjadi.

Melansir Kitco (19/8/2019), Direktur Perdagangan Global Kitco Metals Peter Hug mengungkapkan, emas telah menembus level kritis resistensinya dan momentum harga emas diperkirakan bakal cenderung terus naik.

"Melihat berbagai sentimen global yang tengah terjadi, saya optimistis akan harga emas di pasar. Mulai dari permasalahan tarif China, kemudian sejumlah bank Italia yang kini alami krisis finansial, hingga persoalan demonstran Hong Kong. Jadi banyak masalah makro ekonomi global yang membuat Anda ingin berada di pasar emas. Segala hal ini ialah peluang pembelian emas untuk Anda," papar Hug kepada Kitco News.

Hug melanjutkan, sebagai aset aman atau safe haven, harga emas diproyeksi bakal terus naik bahkan menembus USD 1.600 per ounce. Menurutnya, inversi kurva yield secara historis 95 persen akurat dalam memprediksi resesi namun biasanya juga menyebabkan penurunan ekonomi dalam satu tahun hingga kurun waktu 18 bulan lamanya.

"Meskipun inversi akan datang, dan itu dengan asumsi inversi tetap ada, itu dapat diperbaiki dengan cukup cepat oleh penurunan suku bunga The Fed, tetapi dengan asumsi inversi tetap di tempat, kami memprediksi resesi sekitar tahun 2020," katanya .

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Perak Lebih Murah

Ilustrasi Harga Emas Naik 1
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Kendati demikian, Hug melihat fenomena harga perak justru relatif lebih murah ketimbang harga emas bagi investor di Hong Kong. Begitu juga dengan logam putih, bahkan lebih disukai dibanding emas.

"Kami melihat permintaan ritel yang ekstrim untuk perak dari kantor kami di Hong Kong dan ini belum pernah terjadi dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Kami mengalami kesulitan memenuhi permintaan fisik bar dari kantor kami di Hong Kong sekarang," pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya