Bangun Sejuta Rumah, Indonesia Butuh 1,5 Juta Ton Baja Ringan per Tahun

Kebutuhan baja lapis aluminium seng (BJLAS) setiap tahunnya belum dapat dipenuhi produsen dalam negeri.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2019, 19:52 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2019, 19:52 WIB
Ilustrasi Pembuatan Baja (iStockphoto)
Ilustrasi Pembuatan Baja (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mendorong pembangunan sejuta rumah di Indonesia. Pembangunan tersebut membutuhkan cukup banyak material berkualitas, salah satunya adalah baja lapis aluminium seng (BJLAS) sebagai bahan baku dari profil baja ringan dan juga atap metal.

Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari mengatakan, setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 1,5 juta ton baja lapis zinc aluminium untuk pembangunan perumahan ataupun infrastruktur di Indonesia.

“Seperti kita ketahui, sebenarnya untuk pembangunan perumahan kita masih memerlukan BJLAS untuk infrastuktur itu kita masih butuh banyak baja ringan tersebut," ujar Dini di Kawasan Industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi, Rabu (9/10/2019).

"Seperti minggu lalu kita sudah kumpul antara produsen dari baja lapis dan former. Former itu yang baja rangka atap baja ringan, dan genteng atap metal. Itu diperlukan 1,5 juta ton per tahun," sambungnya.

Dini menjelaskan, kebutuhan BJLAS setiap tahunnya belum dapat dipenuhi produsen dalam negeri. Ia mengatakan, suplai dari 5 produsen BJLAS di Indonesia, yang semuanya tergabung dalam IZASI (Indonesia Zinc Aluminum Steel Industries), baru mencapai sekitar 1,275 ton per tahun.

"Jumlah itu sendiri, sudah termasuk dengan hasil produksi dari pabrik continuous line PT. Tata Metal Lestari yang baru resmi beroperasi hari ini," kata Dini.

Oleh karena itu Dini berharap peresmian pabrik baru PT Tata Metal Lestari yang merupakan perluasan usaha Tatalogam Group, mampu memproduksi produk-produk genteng metal dan baja ringan yang menjadi bahan baku industri roll forming.

"Jadi kita harapkan dengan Tata Metal Lestari ini inves di sini itu kan sudah termasuk hitungan kami yang 1,275 ton yang bisa disuplai di Indonesia. Kita harapkan ini akan terus berlangsung jadi memang Tata Logam yang roll formernya dan investasi lebih ke hulu dengan bahan baku dari Tata Metal Lestari. Kita harapkan semuanya terintegrasi. Ibaratnya pendalaman struktur lah seperti itu," jelasnya.

 


Biaya Investasi

Renovasi Masjid Istiqlal
Pekerja merangkai besi baja untuk proyek renovasi Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (17/7/2019). Proyek renovasi Masjid Istiqlal yang dikerjakan PT Waskita Karya dengan nilai kontrak keseluruhan sebesar Rp 465.300.998.000 proses pengerjaannya baru mencapai 2,1 persen. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Pabrik Tata Metal Lestari sendiri dibangun dengan total investasi sebesar 1.5 Triliun dan kapasitas produksi sebesar 225.000 ton per tahun. Dengan adanya pabrik ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pasokan baja lapis di dalam negeri dan pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Indonesia.

Pabrik continous coating line PT. Tata Metal beroperasi dengan mesin yang canggih dan modern. Berstandar industri 4.0. Mesin produksi PT Tata Metal Lestari beroperasi secara otomatis, berbasis teknologi DNA (Device, Network, Application).

Teknologi ini menjamin tingkat akurasi, kecepatan dan standar yang konsisten bagi semua produk yang dihasilkannya. Berbeda dengan pabrik sejenis lainnya, mesin PT. Tata Metal Lestari mampu memproduksi hingga ketebalan 2,5 mm.

 


Baja Anti Karat

Tahun Ini, Target Produksi Baja Nasional Mencapai 17 Juta Ton
Pekerja menyelesaikan konstruksi baja untuk bangunan bertingkat di Jakarta, Jumat (5/4). Kementerian Perindustrian menargetkan produksi baja nasional mencapai 17 juta ton pada 2019. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

CFO PT Tata Metal Lestari, Wulani Wihardjono, mengatakan, pabrik yang baru resmi beroperasi ini memproduksi baja anti karat. Dia berharap, dengan teknologi dan mesin yang baru di pabrik tersebut, selalu membawa perbaikan-perbaikan untuk produk itu sendiri.

"Harapannya bahwa Indonesia bebas dari semua barang-barang (baja) yang berkarat. Jadi nantinya kita tidak melihat adanya baja-baja yang berkarat walaupun itu padat, semuanya. Sehingga berdampak pada produk yang awet dan juga aman dan tidak melukai (pengguna). Untuk produk baja itu sendiri jadi lebih awet bisa tahan 5-10 tahun," paparnya.

Selain itu, pendirian pabrik Tata Metal ini juga diharapkan bakal mampu menjadi bagian dari rantai pasok dalam negeri bahkan tingkat ASEAN, serta memberikan efek ganda bagi perekonomian Indonesia melalui peningkatan terhadap nilai tambah dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan negara dari ekspor.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya