Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA sampai dengan triwulan III 2019 membukukan pendapatan usaha sebesar Rp3,8 triliun, meningkat sebesar 4 persen secara year on year (YoY).
Selain itu, total aset meningkat sebesar 31 persen secara year on year menjadi Rp13,6 triliun. Sementara capaian EBITDA meningkat secara year on year sebesar 14 persen menjadi senilai Rp589 miliar.
"Total investasi PPA sampai dengan triwulan II sebesar Rp 3,1 triliun ditambah dengan pipeline triwulan IV tahun 2019 mencapai Rp3,9 triliun," kata Direktur Utama PPA Iman Rachman di Bandung, Jumat (15/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Investasi terbesar yaitu pada sektor infrastruktur melalui anak perusahaaan yaitu PT Nindya Karya (Persero) dan penyertaan saham melalui anak perusahaan yaitu PPA Kapital.
Total investasi PPA sampai dengan triwulan II sebesar Rp 3,1 triliun ditambah dengan pipeline triwulan IV tahun 2019 mencapai Rp3,9 triliun.
"Investasi terbesar yaitu pada sektor infrastruktur melalui anak perusahaaan yaitu PT Nindya Karya dan penyertaan saham melalui anak perusahaan yaitu PPA Kapital," tambah Iman.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terbitkan Obligasi
Guna memenuhi kebutuhan modal untuk restrukturisasi BUMN dan ekspansi investasi, PPA mulai tahun 2019 menghimpun tambahan pendanaan eksternal melalui pasar uang dan pasar modal.
PPA telah menerbitkan Medium Term Notes (MTN) pada awal November 2019 senilai Rp750 miliar terdiri dari Rp300 miliar dengan tenor 2 tahun dan Rp450 miliar dengan tenor 3 tahun.
PPA juga dalam proses penerbitan Surat Berharga Komersial (SBK) yang rencananya akan terbit pada Desember 2019 senilai Rp100 miliar dengan jangka waktu 1 tahun.
Penerbitan SBK saat ini masih dalam proses di Bank Indonesia. Pada tahun 2020, PPA akan menerbitkan obligasi senilai Rp1 triliun dengan tenor 3, 5, 7 atau 10 tahun untuk memenuhi kebutuhan pendanaan jangka panjang.
“Kami menghimpun dana dengan menerbitkan MTN dan SBK karena sebagian besar pendanaan kami saat ini bersumber dari perbankan dengan jangka waktu pendek dan tingkat suku bunga relatif tinggi sehingga perlu funding mix dengan cost of fund yang lebih rendah,” pungkas Iman.
Advertisement