Jadi Penghasil Terbesar ke-4 di Dunia, Mengapa Indonesia Masih Impor Kopi?

Jaringan bisnis makanan dan minuman masih mengandalkan pasokan kopi impor sebagai bahan bakunya

oleh Athika Rahma diperbarui 23 Apr 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2020, 14:00 WIB
Ilustrasi Kopi
Ilustrasi kopi (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia disebut-sebut sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dengan kondisi tersebut, produk biji kopi dan kopi olahan Indonesia begitu melimpah.

Namun ternyata, jaringan bisnis makanan dan minuman masih mengandalkan pasokan kopi impor sebagai bahan bakunya.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih menyatakan, ada beberapa alasan kenapa produk kopi impor masih menjadi pilihan.

"Pertama, harga. Di kalangan pengusaha, harga yang utama. Yang kedua, kualitas. Kopi impor itu kualitasnya sangat konsisten," kata Gati dalam diskusi daring, Kamis (23/4/2020).

Adapun, pertumbuhan kedai kopi di Indonesia sangat pesat. Pada tahun 2016, kedai kopi di Indonesia masih berkisar 1.000 kedai saja, namun jumlahnya meningkat menjadi kurang lebih 2.950 kedai pada Agustus 2019.

Hal ini membuktikan industri kopi Indonesia yang sangat menjanjikan. Namun jika bahan bakunya masih impor, tentu tidak akan ada nilai tambah yang bisa dibanggakan.

 

Pekerjaan Rumah Pemerintah

Melihat Proses Coffee Roasting, Penentu Aroma dan Karakter Kopi
Coffee Roaster menunjukkan biji kopi robusta yang telah disangrai atau diroasting di Mula Kopi Nusantara, BSD, Tangerang Selatan, Selasa (25/02/2020). Proses roasting akan mengalami perubahan mulai dari pengurangan kadar air, berat dan ukuran hingga perubahan warna. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Gati melanjutkan, ini memang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah khususnya Kemenperin dalam memastikan industri berkembang dengan baik.

Sebagai langkah awal, pemerintah harus memberi pelatihan dan standardisasi bagi pekerja di industri kopi untuk menyamakan kualitas kopi lokal.

"Supply chain ini yang harus diatur. Caranya gimana, dengan memberikan pelatihan, lalu standardisasi supaya rasa kopinya nggak berubah-ubah, konsisten," kata Gati.

Setelah semua pekerja industri kopi punya standar pengolahan kopi yang sama, maka merekalah yang akan didorong untuk menyuplai ke kedai-kedai kopi, sehingga penggunaan kopi lokal akan berkembang.

Lanjut Gati, selain itu industri kopi dituntut untuk terus berpikir kreatif dan adaptif bahkan di tengah krisis yang tidak pasti, seperti kondisi saat ini.

"Nah, industri kopi juga harus tetap kreatif dan adaptif sehingga bisnis tetap berjalan dan berkembang dengan baik," paparnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya