BI Sebut Pembiyaan Defisit APBN Masih Aman

Gubernur BI, Perry Warjiyo memperkirakan pembiayaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih aman

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Apr 2020, 12:08 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2020, 12:08 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur BI, Perry Warjiyo memperkirakan pembiayaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih aman.

Dalam paparannya, Rabu (20/4/2020), pembiayaan defisit APBN 2020 kurang lebih Rp 1.400 triliun. Sekitar Rp 500 triliun di antaranya berasal dari saldo kas pemerintah, dana Badan Layanan Umum (BLU). penjaman luar negeri, dan obligasi valas.

"Sisanya Rp 900 triliun, sudah dikeluarkan kurang lebih Rp 225 triliun. Masih ada Rp 675 triliun, itu di antaranya untuk Program Pemulihan Ekonomi Rp 150 triliun dan Rp 100 triliun dari kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) dari BI yang diturunkan, dan bank-bank akan membeli SBN dari pasar perdana kurang lebih Ro 100 triliun," jelas Perry.

Perry menambahkan, target lelang yang sudah ditentukan akan cukup untuk untuk pembiayaan fiskal.

"Target-target lelang insya Allah cukup untuk pembiayaan fiskal. Di awal mungkin investor minta yield terlalu tinggi, karena mengira yang akan diterbitkan tinggi. Pemerintah akan nubruk-nubruk, padahal tidak," kata Gubernur BI.

 

Diserap Pasar

BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam waktu dekat, lanjut Perry, pasar akan mencerna angka-angka tersebut, sebelum kemudian pasar akan berangsur normal ketika angka-angka tersebut sudah dicerna.

"Minggu-minggu ini pasar masih mempelajari ini, makanya dari bid Rp 44,4 triliun yang dimenangkan Rp 16,6 kemarin. Mungkin pasar meminta yield terlalu tinggi. Lama-lama yield akan turun dan mendorong pemenang akan lebih banyak," pungasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya