Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Roberto Azevedo mengumumkan akan mundur setahun lebih awal dari rencana. Langkah mundur Kepala WTO ini mengejutkan di saat ekonomi dunia sedang terguncang wabah Virus Corona.
Azevedo akan mengundurkan diri dari jabatannya efektif mulai 31 Agustus 2020. Ini setelah tujuh tahun memimpin badan dunia yang mengurusi perdagangan dunia tersebut. Dia meletakkan jabatannya setahun sebelum masa jabatannya berakhir.
Azevedo mengatakan kepergiannya adalah "keputusan pribadi" yang merupakan kepentingan terbaik organisasi tersebut.
Advertisement
"WTO mungkin tidak sempurna, tetapi sama sekali tidak bisa dipisahkan. Itu yang menjauhkan kita dari dunia di mana hukum rimba berlaku, setidaknya menyangkut perdagangan," ujar dia melansir laman BBC, Sabtu (16/5/2020).
Kepergian Azevedo mengejutkan karena terjadi ketika WTO harus menghadapi dampak pandemi dan kritikan dari Presiden AS Donald Trump.
Perdagangan global telah merosot dan dunia bersiap untuk penurunan terburuk sejak Depresi Hebat. Di sisi lain, Trump menuding WTO selama ini telah memperlakukan Amerika dengan secara tidak adil.
WTO dinilai Trump telah menyimpang dari tujuannya untuk meliberalisasi dan melindungi pasar selaku pengawas perdagangan global.
Tudingan Donald Trump
Trump juga menuding masuknya Cina ke dalam WTO pada tahun 2001 telah menyebabkan jutaan warganya kehilangan pekerjaan di Amerika.
Saat ditanya repons mundurnya Azevedo, Trump, yang sebelumnya mengancam akan mengeluarkan AS dari WTO jika tidak berubah, mengatakan "Oke dengan itu".
"Kami telah diperlakukan dengan sangat buruk ... Mereka memperlakukan Cina sebagai negara berkembang. Oleh karena itu Cina mendapat banyak manfaat yang tidak didapat AS," tambah Trump.
Kepergian Azevedo terjadi pada waktu yang sangat sulit bagi WTO. Perdagangan global diperkirakan akan merosot ke posisi terendah dalam sejarah, ketika langkah-langkah untuk memperlambat penyebaran Covid-19 menutup kegiatan ekonomi di seluruh dunia.
Bersama dengan AS, anggota WTO lainnya, termasuk Jepang dan Uni Eropa, mendorong organisasi ini untuk melakukan reformasi.
Mereka berpendapat bahwa aturan perdagangan global perlu mencerminkan realitas baru, terutama kebangkitan Cina sebagai ekonomi yang kuat, dan mengatasi masalah seperti subsidi negara dan transfer teknologi paksa.
Advertisement