Harga Emas Tergelincir, Saatnya Jual?

Harga emas diprediksi terus mengalami penurunan

oleh Athika Rahma diperbarui 12 Agu 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 17:00 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diprediksi terus mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan munculnya optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global serta penemuan vaksin Covid-19, membuat pasar berani ambil resiko berinvestasi di instrumen seperti dolar Amerika Serikat, saham dan obligasi.

Hari ini saja, Rabu (12/8/2020) harga emas di pasar spot turun 5,2 persen menjadi USD 1.921,50 per ounce, dari rekor tertingginya pada akhir pekan lalu yang sebesar USD 2.072,50 per ounce. Sedangkan, emas berjangka Amerika Serikat (AS) juga turun 4,6 persen menjadi USD 1.946,30 per ounce (dikutip dari Laman Reuters).

Lantas dengan tren penurunan ini, apakah saat ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan penjualan emas?

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan, sekarang merupakan waktu yang tepat untuk menjual emas karena harga diprediksi bakal anjlok ke level USD 1.800 per troy ounce atau bahkan ke level USD 1.615 per troy ounce akibat membaiknya ekonomi AS dan ditemukannya vaksin Covid-19 dari Rusia.

"Makanya saya katakan inilah waktu yang tepat untuk menjual. Bahkan saya (katakan) saat di level USD 2.050, ini saatnya jual, waktunya jual," ujar Ibrahim saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (12/8/2020).

Bahkan, menurut Ibrahim, penurunan harga emas ke level USD 1.800 bisa saja terjadi minggu ini. Hal ini dikarenakan setiap harinya, perdagangan emas dibuka dengan harga yang lebih rendah dibanding hari sebelumnya.

Dalam analisanya, Ibrahim menjelaskan kemungkinan fluktuasi harga emas ini akan mirip seperti tren di tahun 2011. Awalnya, harga emas sempat mencapai USD 1.920 per troy ounce namun turun menjadi USD 1.150 di tahun berikutnya.

"Kemudian berangsur naik hingga USD 1.900 sampai tahun 2020. Jadi USD 1.615 itu level terendah seperti di tahun 2011 yang lalu," katanya.

Oleh karenanya, jika tidak mau rugi, maka para investor bisa segera menjual emas mereka. Hal ini juga berlaku untuk pemilik emas batangan.

Namun, Ibrahim tidak menyarankan pembelian emas di tahap ini.

"Tapi, kalau untuk beli, jangan beli dulu. Mungkin, orang yang baru kemarin beli akan mengalami kerugian yang cukup tajam. Dan itu nanti butuh waktu 9 hingga 10 tahun untuk balik modal, tahun 2029 baru balik modal," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Awas, Harga Emas Bakal Tergelincir Lagi

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Setelah mencapai level tertinggi, harga emas mengalami penurunan, baik di skala internasional maupun dalam negeri. Laman Economic Times pada Selasa (12/8/2020) menyebut, harga emas di pasar spot turun sebesar 0,5 persen ke level USD 1.920,04 per ons. Sedangkan, emas berjangka AS turun sebesar 0,7 persen ke level USD 1.930,70 per ons.

Di dalam negeri, harga emas Antam atau PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun Rp 30 ribu per gram menjadi Rp 1.026.000 per gram pada Rabu (12/8/2020). Pada pekan lalu, harga emas sempat memecahkan rekor tertinggi Rp 1.056.000 per gram.

BACA JUGA

Update 23 Juli: Kasus Corona COVID-19 Dunia Tembus 15 Juta, Infeksi di AS Nyaris 4 Juta Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penurunan ini diprediksi akan terus berlangsung seiring dengan penemuan vaksin Covid-19 dan pemulihan ekonomi secara bertahap. Harga emas internasional diperkirakan telah menyentuh level tertingginya yaitu di USD 2.074 per troy ounce.

Diperkirakan, harga emas bakal terkoreksi cukup tajam ke level USD 1.800 per troy ounce.

"Kalau seandainya tembus di level support US 1.800, emas akan terus terkoreksi ke USD 1.615, ini merupakan harga terendah di tahun ini, akibat membaiknya ekonomi AS dan ditemukannya obat pandemi Covid-19 dari Rusia," ujar Ibrahim dalam pernyataannya, Rabu (12/8/2020).

Sebelumnya pada Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan negaranya telah menemukan vaksin Covid-19. Menteri Perindustrian Rusia Denis Manturov bahkan menyatakan, pihaknya yakin bisa memproduksi massal vaksin ini pada September 2020.

Di sisi lain, ketegangan internal di kalangan pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam menggelontorkan stimulus penanganan Covid-19 membuat pasar ragu. Ditambah, ekonomi AS tercatat sudah mulai membaik. Buktinya, Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (7/8/2020) lalu melaporkan tingkat pengangguran di bulan Juli turun dari 11,1 persen menjadi 10,2 persen.

Kemudian, rata-rata gaji per jam juga tercatat mengalami kenaikan 0,2 persen di bulan Juli setelah menurun dalam 2 bulan beruntun. Dengan kenaikan gaji, diperkirakan masyarakat AS bisa meningkatkan lagi belanja rumah tangganya, dan hal itu akan berpengaruh terhadap produk domestik bruto.

Hal-hal tersebut membuat para investor yakin dan mulai berani masuk ke instrumen yang lebih beresiko. Akhirnya, emas mulai ditinggalkan dan harganya jadi turun.

"Saat ini pasar mengalihkan investasinya di dollar AS, Saham dan Obligasi," kata Ibrahim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya