Ekspor Rempah Indonesia ke 7 Negara Meningkat di Tengah Pandemi

Dari data BPS yang diolah Ditjen Perkebunan, selama periode Januari hingga April 2020, ekspor lada tercatat 1,69 juta ton denga nilai mencapai USD5,75 juta.

oleh stella maris pada 30 Agu 2020, 09:00 WIB
Diperbarui 29 Agu 2020, 21:51 WIB
Membangun Kejayaan Rempah Dari Lawangsewu
Buah pala (Myristica fragrans), salah satu rempah yang mengharuskan Belanda menguasai Indonesia. (foto : Liputan6.com/relawan rempah/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Jakarta Lada, pala, cengkeh tercatat mengalami kenaikan ekspor dibandung tahun lalu. Itu artinya, komoditas rempah Indonesia tak mengalami perlambatan arus perdagangan dunia akibat pandemi Covid-19

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono mengungkapkan peningkatan ekpor tersebut seiring dengan upaya pemerintah dalam perundingan Indonesia dengan European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU CEPA). Menurutnya, Uni Eropa merupakan salah satu Kawasan yang menjadi mitra perdagangan penting bagi  ekspor Indonesia.

Adapun negara-negara di Uni Eropa seperti Belanda, Perancis, Jerman, Belgia, Italia, Spanyol dan Yunani menjadi tujuan ekspor komoditas hasil perkebunan tersebut. "Walaupun ditengah pandemi, ekspor komoditas perkebunan, terutama rempah, ke Uni Eropa cukup berkontribusi menyumbang devisa negara," ucap Kasdi, Selasa (21/7). 

Kinerja ekspor rempah Indonesia ke Uni Eropa, tambah Kasdi, menunjukkan perkembangan yang positif. Dari data BPS yang diolah Ditjen Perkebunan, selama periode Januari hingga April 2020, ekspor lada  tercatat 1,69 juta ton denga nilai mencapai USD5,75 juta. Meningkat  dibandingkan pada periode yang sama pada 2019 sebesar 1,32 juta ton dengan nilai USD5,13 juta.

Sementara komoditas pala meskipun mengalami penurunan volume dari 1,37 juta ton pada 2019 menjadi 1,37 juta ton di 2020. Namun nilainya mengalami kenaikan dari 10,79 juta menjadi USD12,6 juta. Demikian pula dengan cengkeh yang mengalami kenaikan volume dari 300,8 ribu ton pada 2019 menjadi 380,8 ribu ton di 2020.

Peningkatan ekspor rempah tersebut, menurut Kasdi, tidak lepas dari upaya Ditjen Perkebunan memenuhi target peningkatan ekspor tiga kali lipat (gratieks) pada tahun 2024 seperti yang telah dicanangkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.

"Kami mendorong akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan seperti yang ditargetkan Menteri Pertanian. Melalui gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks). Kami dorong peningkatan ekspor melalui berbagai kebijakan dalam peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing," ucapnya.

Di tempat terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi menambahkan, peningkatan akses pasar komoditas perkebunan terutama rempah ke Uni Eropa cukup terbuka lebar di tengah peningkatan skala perundingan Indonesia-EU CEPA.

Kesepakatan-kesepakatan yang akan dijalankan dalam perundingan tersebut adalah terkait akses pasar perdagangan barang dan jasa, kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, serta regulasi teknis di bidang sanitari dan fitosanitasi (SPS).

Selain itu, dibahas pula regulasi teknis di bidang hambatan teknis perdagangan (Technical Barriers to Trade/TBT), pengadaan pemerintah, Hak Kekayaan Intelektual dan semacamnya, persaingan usaha, transparansi kebijakan, penyelesaian sengketa, serta perdagangan dan pembangunan yang berkelanjutan.

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya