Kabar Baik Soal Obat Covid-19 Bikin Rupiah Ditutup Menguat ke 14.800 per Dolar AS

BUMN farmasi sudah mampu memproduksi obat Favipiravir yang dapat dipergunakan untuk terapi Covid–19.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2020, 16:45 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2020, 16:45 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Hingga hari ini, US$ 1 dibanderol Rp 14.020. Rupiah menguat 0,71% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Sedangkan untuk perdagangan Selasa besok, rupiah diperkirakan akan terombang-ambing. 

Rupiah menguat 64 point ke level 14.800 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin ini jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang di 14.864 per dolar AS. Sementara itu, IHSG ditutup menguat 0,65 persen ke level 4.958,77.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, kondisi ini dipicu oleh adanya kabar baik dari obat penanganan Covid-19 hasil racikan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma. Dikabarkan obat ini siap digunakan untuk dalam percepatan penanggulangan pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Perusahaan farmasi tersebut juga sudah mampu memproduksi obat Favipiravir yang dapat dipergunakan untuk terapi Covid–19 dan obat anti-Corona Remdesivir dengan nama dagang Desrem™.

"Dengan dipasarkannya obat Covid-19, maka ada secercah harapan bahwa masyarakat yang terjangkit pandemi Covid-19 sampai saat ini terus meningkat. Setelah obat dipasarkan, kemungkinan masyarakat yang terkena pandemi Covid-19 akan berangsur sembuh dan Lonjakan Covid-19 akan kembali melandai," kata Ibrahim, Senin (5/10/2020).

Adanya informasi tersebut membuat masyarakat sudah tidak lagi takut dengan penyebaran virus Corona. Terpenting kata Ibrahim dalam beraktivitas masyarakat harus tetap menggunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan. Sehingga aktivitas perkantoran, pasar, mall, restoran dan kafe kembali beroperasi.

"Kalau protokol ini di lakukan dan berjalan sesuai dengan regulasi Pemerintah, maka roda ekonomi kembali berputar, itu bisa di lihat dari konsumsi masyarakat yang terus meningkat," kata dia.

Walaupun obat Covid-19 sudah bisa di pasarkan, namun himbauan pemerintah kepada masyarakat tentang menjaga keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi tetap perlu ditaatu. Sebab keduanya berimplikasi terhadap kesejahteraan masyarakat.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sentimen Global

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, dari sisi global, penguatan nilai tukar rupiah dipicu oleh kondisi pasar yang kembali lega setelah adanya berita bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera keluar dari Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed. Tanda tanya tetap mengenai kesehatan Trump setelah tim medisnya mengirimkan pembaruan yang membingungkan dan kontradiktif selama akhir pekan.

Pasar juga akan memantau pernyataan dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell. Jerome dijadwalkan menyampaikan pidato utama di konferensi NABE pada hari Selasa.

"(Lalu) The Fed merilis risalah dari pertemuan September keesokan harinya," kata Ibrahim.

Di samping itu Kepala ekonom Bank Sentral Eropa (ECB) Philip Lane juga akan menyampaikan pidato utama di konferensi bersama Powell, dan ECB juga akan merilis risalah dari pertemuan September.

Di kawasan Asia-Pasifik, Reserve Bank of Australia secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dan target imbal hasil tiga tahun tidak berubah pada 0,25 persen ketika bertemu pada hari Selasa.

Selanjutnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan kepala eksekutif UE, Ursula von der Leyen, sepakat untuk meningkatkan negosiasi pada kesepakatan pasca-Brexit. Johnson mengatakan dia tidak ingin periode transisi berakhir tanpa kesepakatan perdagangan baru.

"Dia yakin bahwa Inggris dapat hidup dengan hasil seperti itu," kata Ibrahim.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya