IMF Kembali Pangkas Prediksi Ekonomi Dunia di 2021

Selain IMF, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) juga menurunkan perkiraan tentang ekonomi global di 2021.

oleh Athika Rahma diperbarui 13 Okt 2020, 22:11 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2020, 22:11 WIB
Logo IMF
(Foto: aim.org)

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global di 2021. Lembaga ini juga memperingatkan jika pemulihan ekonomi global akan berjalan lama dan lambat sehingga bisa memicu kemiskinan bertambah.

Pada tahun ini, IMF memperkirakan ekonomi dunia menyusut menjadi 4,4 persen, kontraksi ini tak terlampau parah dari perkiraan pada Juni. Perbaikan didorong adanya kabar baik dari yang diharapkan dari Amerika Serikat dan Eropa setelah langkah lockdown dicabut. Faktor lain, tumbuhnya ekonomi China.

Namun, organisasi tersebut kembali menurunkan prospek ekonomi global untuk tahun 2021. Lembaga ini memperkirakan ekonomi global hanya berada pada posisi 5,2 persen, turun dari prediksi sebelumnya 5,4 persen.

Selain IMF, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) juga menurunkan perkiraannya untuk tahun 2021.

"Imbas bencana ini kemungkinan besar akan berlangsung lama, tidak seimbang, dan sangat tidak pasti," kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath, seperti melansir CNN, Selasa (13/10/2020).

Output di negara maju, serta pasar negara berkembang - kecuali China - diproyeksikan tetap di bawah saat 2019 pada tahun depan.

IMF juga menjabarkan pesimisme tentang bagaimana kinerja ekonomi global dalam jangka menengah.

Pertumbuhan global diperkirakan akan melambat menjadi sekitar 3,5 persen antara tahun 2022 dan 2025, meninggalkan output sebagian besar ekonomi di bawah tingkat yang diperkirakan sebelum pandemi.

 

Saksikan video di bawah ini:

Kemiskinan Bertambah

Tingkat Kemiskinan Penduduk
Penjual jamu gendong melintasi permukiman warga di Kawasan Penjaringan, Jakarta, Sabtu (23/11/2019). Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan dengan batas Upper Middle-Income Clas atau kelas menengah mempunyai pendapatan US$ 5,5 atau setara Rp 77 ribu per hari. (merdeka.com/Imam Buhori)

Tentu pertumbuhan yang lambat selama periode yang panjang berdampak lanjutan. IMF memperingatkan hal ini.

Salah satu konsekuensinya adalah memburuknya ketimpangan dan "kemunduran yang parah" pada perbaikan standar hidup, baik di negara maju seperti Amerika Serikat dan pasar negara berkembang seperti Meksiko dan Argentina.

Kemiskinan global yang ekstrim juga diperkirakan akan meningkat untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade.

Prediksi IMF mengasumsikan aturan jarak sosial akan berlanjut hingga tahun depan sebelum memudar seiring waktu karena orang mendapatkan vaksin dan perawatan Covid-19 membaik.

Ekonomi AS diperkirakan akan menyusut sebesar 4,3 persen pada tahun 2020 sebelum berkembang sebesar 3,1 persen pada tahun 2021.

IMF berpendapat 19 negara yang menggunakan euro akan mengalami kontraksi yang lebih keras tetapi memiliki pemulihan yang lebih tajam, dengan output turun sebesar 8,3 persen tahun ini sebelum melonjak 5,2 persen pada tahun depan.

Spanyol, yang telah terpukul virus dan bergantung pada industri jasa seperti pariwisata, akan mengalami kerugian terburuk di antara negara-negara maju, dengan output menurun sebesar 12,8 persen pada 2020.

Di antara negara-negara pasar berkembang, India yang menjadi kunci pertumbuhan global sebelum pandemi - diprediksi terpuruk. IMF memperkirakan ekonominya akan menyusut 10,3 persen tahun ini.

Inggris, yang juga dihadapi masalah Brexit, ekonominya diprediksi menyusut jadi 9,8 persen pada tahun ini.

Di antara negara-negara ekonomi utama, hanya China yang diperkirakan akan berkembang pada tahun 2020. IMF yakin negara itu, yang memerangi Covid-19 lebih awal dari negara lain di dunia dan dengan cepat dapat keluar dari lockdown karena langkah-langkah penahanan yang ketat, justru ekonominya tumbuh sebesar 1,9 persen.

Namun IMF masih menekankan bahwa ketidakpastian pada sekitar proyeksinya "sangat besar" mengingat kurangnya kejelasan tentang krisis kesehatan dan respons ekonomi, terutama dengan meningkatnya tingkat utang global.

"Jika pengeluaran pemerintah baru diumumkan, prospek bisa membaik," kata IMF.

Ini hanya diperhitungkan dalam undang-undang dan pengumuman yang ada. Di sisi lain, kebangkitan virus yang lebih kuat atau kemajuan vaksin yang lebih lambat dari perkiraan dapat menyebabkan ekonomi teru melemah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya