Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) mencatatkan, Indonesia memiliki potensi lahan sagu mencapai 5,5 juta hektare. Sagu ini bisa menjadi alternatif pangan yang sehat dan bergula rendah selain beras.
Kendati, pemanfaatannya baru mencapai 5 persennya saja. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Momon Rusmono menyatakan, dari jumlah tersebut lahan yang baru dioptimalkan baru sekitar 314 ribu hektare saja.
Baca Juga
"Dari 5,5 juta hektare, baru 314 ribu hektare saja yang digunakan, itu pun dengan provitas 3,57 ton per hektare, yang sebenarnya bisa ditingkatkan jadi 10 ton," ujar Momon dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/10/2020).
Advertisement
Momon menjelaskan, provitas yang rendah ini disebabkan oleh metode pengolahan yang masih tradisional. Sebagai informasi, hampir 96 persen lahan ini dimanfaatkan oleh perkebunan rakyat.
Untuk itu, Kementan menyiapkan beberapa kebijakan agar optimalisasi sagu menjadi bahan pangan pokok alternatif beras bisa terjadi.
Kebijakan itu berupa perluasan area tanaman sagu serta upaya peningkatan produktivitas dan peningkatan kualitas dari sagu itu sendiri.
"Untuk produktivitas ini tentu teman-teman LitBang agar provitas meningkat, lalu kualitas (ditingkatkan) melalui fasilitasi sarana prasarana sagu dan diversifikasi produk tidak hanya untuk papeda namun juga yang lain," kata Momon.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perkuat Stok Pangan, Bulog Mulai Serap Sagu dari Indonesia Timur
Dirut Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) memprediksi sejumlah negara rekan dagang Indonesia bakal mulai menutup keran ekspornya setelah merebaknya Covid-19.
Hal ini tentu berdampak pada Indonesia. Karena itu, segenap pemangku kebijakan sektor pangan harus memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
“Prediksi kami dengan Covid-19 ini, kami harus punya stok yang maksimal dimana beberapa negara ini sudah mulai menutup, seperti dulu kalau kami bisa impor, di Thailand Vietnam, beberapa negara hari ini mereka sudah mulai membatasi ekspor mereka ke negara-negara lain,” kata dia, dalam RDP virtual dengan Komis IV, Kamis (9/4/2020).
Upaya menjamin stok pangan ditempuh Bulog dengan cara memaksimalkan penyerapan bahan pangan dari dalam negeri. Bahan pangan yang diserap tersebut kemudian mulai dicadangkan untuk kebutuh masyarakat.
Buwas mengatakan, untuk memperkuat stok bahan pangan, pihaknya pun mulai melirik bahan pangan lain selain beras. Sagu, makanan khas di sejumlah wilayah Indonesia timur pun mulai diserap Bulog.
“Kami sudah mengelola pangan lain, seperti tadi Sagu kami sudah bekerja sama dengan beberapa komunitas petani di wilayah khususnya di Indonesia timur dimana divisi-divisi daerah kami sudah mulai menyerap sagu untuk kita simpan, kita cadangkan untuk nanti digunakan untuk kebutuhan masyarakat yang mengkonsumsi Sagu. Ini akan kita tingkatkan sesuai dengan kebutuhan nanti,” urai dia.
Advertisement