Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) telah merampungkan pembangunan interkoneksi sistem kelistrikan dari Sulawesi Barat (Sulbar) sampai dengan Sulawesi Tengah (Sulteng).
Ini ditandai dengan pemberian tegangan (energize) serta pengoperasian perdana terhadap jaringan transmisi bertegangan 150 kilo Volt (kV) yang terbentang dari Gardu Induk (GI) 150 kV Mamuju Baru di Kabupaten Mamuju sampai dengan GI 150 kV Topoyo di Kabupaten Mamuju Tengah.
Baca Juga
Langkah ini dilakukan menyusul beroperasinya transmisi 150 kV Topoyo-Pasangkayu dan GI 150 kV Topoyo pada 3 Oktober 2020 lalu. PLN memprediksi, beroperasinya tol listrik interkoneksi Sulbar–Sulteng ini berpotensi meningkatkan pendapatan perseroan sebesar Rp 137,8 miliar per tahun atau Rp 377 juta per hari.
Advertisement
Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi dan Kalimantan Syamsul Huda mengatakan, proses pembangkitan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ini telah dilakukan pada Kamis, 22 Oktober 2020 dini hari pukul 02.00 WITA.
"SUTT itu buktikan interkoneksi dari selatan Sulawesi menuju ke barat dan tengah, dan menambah jaringan transmisi di Sulawesi dari yang sebelumnya 1 jalur jadi 2 jalur. Jalur kedua ini dibangun di sisi barat," jelasnya dalam sesi teleconference, Jumat (23/10/2020).
Syamsul melanjutkan, kehadiran 2 jaringan transmisi ini akan sangat membantu penyaluran daya listrik di Sulawesi bagian selatan dan tengah ketika salah satu jalurnya mengalami gangguan. Seperti saat terjadi musibah gempa di Palu, Sulawesi Tengah pada September 2018, menyebabkan pembangkit besarnya rontok dan sambungan daya terganggu.
"Pasca gempa kita hanya andalkan satu sumber yang jalur timur. Kita hari ini merasa lega, karena ada 2 jalur dari sisi selatan ke kota Palu dan sekitarnya. Saya berharap masyarakat di Palu bisa sambut gegap gempita energize jalur barat, karena kebutuhan listrik bisa kita layani dengan baik," ungkapnya.
Secara garis besar, Syamsul menyampaikan, pembangunan jaringan transmisi ini dilakukan simultan dengan proyek tol listrik Sulawesi tahap II, yang menghubungkan sistem Sulawesi-Gorontalo.
"Tapi jelas mimpinya ini mulai dari bawah selatan sampai Manado bisa terhubung. Seperti Jawa Bali dan Madura. Kelebihannya, kalau transmisi PLN bisa terhubung, keandalan bisa jauh lebih baik. Pembangkit bisa layani beban listrik di utara maupun selatan," sambungnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kapasitas 200 MW
General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran Sulawesi Suroso memaparkan, SUTT baru yang menyambung dari Mamuju hingga Pasangkayu ini memiliki kapasitas sebesar 200 megawatt (MW).
"Itu setara dengan 250 ribu rumah. Beban puncak di Sulawesi Tengah mencapai 160 MW, sehingga kapasitas jalur barat ini lebih dari cukup untuk melayani kebutuhan beban pada saat ini serta perkiraan pertumbuhannya untuk beberapa tahun mendatang," tuturnya.
Suroso menerangkan, potensi penghematan yang dapat dihasilkan dari teganga baru ini mencapai Rp 137,8 miliar per tahun. Itu terdiri dari direct saving atau penghematan langsung berupa menurunnya losses perbaikan tegangan sekitar Rp 37,8 miliar.
"Kemudian potensi dari matinya PLTD, beserta potensi pelanggan baru sebesar Rp 100 miliar. Dan juga avoided cost atau potensi kehilangan pendapatan karena Palu padam juga cukup besar nilanya. Sehingga efisiensi yang didapat Rp 137,8 miliar per tahun," ujar dia.
Advertisement