AS Disarankan Lockdown 6 Minggu demi Kendalikan Covid-19

Pemerintah AS disarankan untuk melakukan lockdown di seluruh negara bagian demi mengendalikan penyebaran Covid-19

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Des 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2020, 11:00 WIB
FOTO: Kasus COVID-19 di AS Sentuh Angka 10 Juta
Para pejalan kaki melewati sebuah papan iklan tes COVID-19 di New York, Amerika Serikat (AS), 9 November 2020. Menurut Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Universitas Johns Hopkins, jumlah kumulatif kasus COVID-19 di AS mencapai 10 juta kasus pada Senin (9/11). (Xinhua/Wang Ying)

Liputan6.com, Jakarta Dr. Michael Osterholm yang merupakan penasihat Covid-19 dari Presiden terpilih Amerika Serikat 2020, Joe Biden, menyarankan bahwa dengan menutup semua kegiatan bisnis (lockdown), dan siap untuk mengeluarkan biaya untuk penangguhan gaji masyarakat selama 4 sampai 6 minggu bisa membantu mengkontrol penyebaran pandemi virus corona.

Osterholm yang saat ini masih bertugas sebagai direktur dari Center of Infesctious Disease Research and Policy, menyatakan pada minggu ini bahwa Amerika Serikat akan bergerak menuju periode "Neraka Covid-19."

Banyaknya masyarakat yang tidak lagi menggunakan masker dan menerapkan social distancing, diduga menderita karena jenuh menjadi faktor utama dalam terus meingkatnya kasus baru. Cuaca yang dingin juga membuat banyak orang mencari ruangan tertutup, dimana virus Covid-19 bisa menyebar begitu mudah.

Dirinya menyatakan kepada Yahoo Finance, bahwa  kebijakan lockdown bisa membuat penyebaran kasus baru Covid-19 lebih bisa terkontrol, sementara seluruh negara masih menunggu kehadiran vaksin virus ini, seperti melansir CNBC, Jumat (4/12/2020).

"Kita mempunyai paket anggaran yang cukup untuk bisa menutupi kehilangan upah dari para kerja, bisnis skala kecil hingga skala sedang atau kota, negara bagian ataupun pemerintah daerah. Kita bisa menutupi semua kerugian tersebut," ujar Osterholm.

"Jika kita bisa melakukan hal itu, maka kita bisa melakukan kebijakan lockdown selama 4 sampai 6 minggu," tambah Osterholm.

Osterholm sendiri baru saja ditunjuk pada hari menjadi salah satu dari 12 anggota Dewan Penasehat Covid-19. Anggota panel dari Dewan Penasehat sendiri saat ini diketuai bersama oleh Vivek Murthy (mantan ahli bedah), David Kessler (mantan komisaris adminstrasi makanan dan obat), dan Dr. Marcela Nunez-Smith dari Universitas Yale. Anggota lainnya sendiri diisi oleh Dr. Atul Gawande (professor ahli operasi dan kebijakan kesehatan di Harvard), dan Dr. Rick Brigh t(ahli vaksin dan whistleblower yang mengundurkan diri dari admnistrasi pemerintah Trump).

Osterholm sendiri pada hari menyatakan bahwa kebijakan lockdown bisa membantu untuk mengkontrol penyebaran virus, seperti apa yang dilakukan di Selandia Baru dan Australia. Ahli epidemiologi sudah berulang kali membuat Selandia Baru, Australia dan beberapa negara di Asia sebagai contoh untuk menangani virus Covid-19.

"Kita bisa melihat bahwa kesediaan dari vaksin sendiri diprediksi akan hadir pada kuartal satu dan dua pada tahun depan. Sementara itu kita bisa membangun kembali ekonomi jauh sebelum hari itu datang," ujar Osterholm.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Masa Terburuk AS

Kasus Corona AS Tembus Angka 6 Juta
Seorang anak yang mengenakan masker bermain di Times Square di New York, Amerika Serikat (AS), pada 31 Agustus 2020. Jumlah kasus COVID-19 di AS melampaui angka 6 juta pada Senin (31/8), menurut Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Universitas Johns Hopkins. (Xinhua/Wang Ying)

Osterholm memprediksi bahwa Amerika Serikat saat ini akan menuju masa-masa terburuknya saat keberadaan vaksin masih belum tersedia.

Dirinya juga menambahkan bahwa sistem kesehatan di berbagai tempat seperti El Paso, Texas, sudah memutuskan untuk menutup kegiatan bisnisnya dan pihak pemerintah sudah mengirimkan kebutuhan untuk menangani peningkatan kasus Covid-19.

Osterholm mengatakan bahwa Amerika Serikat saat ini memerlukan sosok kepemimpinan. Osterholm menyatakan bahwa Presiden terpilih, harus siap untuk menghadirkan kepempipinan tersebut. Dirinya pun mereferensi kepemimpinan dari Presiden sebelumnya, Franklin D. Roosevelt yang memberikan banyak perhatian kepada isu-isu negara seperti The Great Depression sampai perang dunia ke dua.

Reporter: Yoga Senjaya Putra

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya