Pengusaha Sebut Kinerja Sektor Pariwisata Lebih Buruk dari Krisis 1998

Sektor pariwisata dan jasa perjalanan menjadi yang terpukul paling parah dari pandemi Covid-19

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Nov 2020, 14:26 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2020, 14:26 WIB
Melihat Para Turis Berlibur di Pantai Kuta Bali
Dua turis wanita berpose saat difoto di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Daerah ini merupakan tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, sektor pariwisata dan jasa perjalanan menjadi yang terpukul paling parah dari pandemi Covid-19. Bahkan, dia menyebut kinerja kedua sektor tersebut lebih buruk dari krisis yang terjadi pada tahun 1998.

"Memang pariwisata dan jasa perjalanan menjadi sektor yang paling parah terdampak pandemi Covid-19. Kinerja sektor pariwisata dan jasa perjalanan saat ini lebih buruk dari krisis 1998," tegasnya dalam webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Kamis (26/11).

Shinta mengatakan, kinerja buruk sektor pariwisata tercermin dari rendahnya tingkat okupansi hotel akibat dampak pandemi Covid-19. Khususnya untuk hotel berbintang yang tingkat okupansi hanya mencapai 14 persen di Mei 2020.

"Sehingga kerugian pelaku usaha hotel mencapai Rp40 triliun. Sedangkan untuk pengusaha restoran rugi Rp45 triliun," terangnya.

Sementara untuk sektor perjalanan kinerja buruk tergambar dari turunnya jumlah pengguna pesawat penerbangan domestik hingga 98 persen. Sedangkan, untuk jumlah penumpang penerbangan internasional terpangkas hingga 99 persen.

"Maka, potensi devisa yang hilang dari Januari sampai Juni hampir USD 60 miliar. Tapi ini belum termasuk penutupan lebih dari 2000 hotel," rincinya.

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan skema pembukaan akses turis asing masuk ke Indonesia. Nantinya turis yang berkunjung ke Indonesia harus bisa terlacak keberadaanya. Mulai dari jenis transportasi yang digunakan, tujuan wisata hingga tempat mereka bermalam.

"Jadi bukan hanya sektor transportasi saja. Modelnya ini seperti rumah sakit, akan digabung menjadi satu rangkaian," kata Staf Ahli Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Sahat Manoor Panggabean, dalam Webinar Nasional bertajuk Adaptasi Kebiasaan Baru Penerbangan Indonesia: Relaksasi dan Optimalisasi Bisnis di Bandara, Jakarta, Rabu (11/11).

Skema ini dibuat dalam rangka memantau keberadaan wisatawan mancanegara sekaligus kemungkinannya terpapar virus corona. Saat ini Bali akan menjadi destinasi wisata yang bakal menerapkan skema ini. Sebab, beberapa wilayah di Bali sudah terlihat siap untuk kembali menerima kunjungan dari turis asing.

Tetapi, pengusaha pariwisata di Bali memiliki semangat untuk bangkit, sehingga skema ini akan disiapkan terlebih dahulu. "Itu akan ter-present dengan baik, nanti bukan hanya Bali. Bali ini menarik karena daerahnya juga semangat, jadi kita siapkan," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Garuda Indonesia Optimis Holding BUMN Pariwisata Bakal Datangkan Banyak Turis

Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG
Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mendukung penuh adanya pembentukan holding BUMN pariwisata karena rencana tersebut dapat memberikan dampak positif kepada kinerja perseroan.

"Saya sebagai bagian dari tim tentu sangat optimistis holding ini memberi dampak positif buat kinerja perusahaan juga memberi peluang yang lebih luas bagi insan Garuda untuk menunjukkan kontribusi," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/11/2020).

Irfan menjelaskan pihaknya juga mendukung penuh pembentukan holding pariwisata mengingat potensi pariwisata Indonesia yang cerah di masa depan.

Ada pun saat ini, pembentukan holding BUMN pariwisata tengah dalam tahap finalisasi Peraturan Pemerintah (PP) mengenai pembentukan holding dan diharapkan regulasi itu bisa terbit sebelum akhir 2020 ini.

"Induknya Penas (PT Survai Udara Penas) , ini bukan area manajemen, tapi kami sediakan terus menerus support dan data yang diperlukan sehingga pembentukan holding bisa terjadi," imbuhnya.

Irfan menambahkan pembentukan holding ini juga dapat memperkuat sinergi antaranggota agar semakin erat dalam memajukan pariwisata nasional.

Sejumlah langkah ke depan, tambah dia, juga bisa dilakukan melalui sinergi seperti membuat rute baru dan mengatur penerbangan untuk mendukung sektor pariwisata.

"Dengan adanya holding BUMN, ada alasan untuk terus menerus memperkuat sinergi guna memastikan keinginan pemerintah membangun holding ini terjadi. Kita akan bicara rute baru, arrangement penerbangan seperti apa, juga interaksi Garuda dengan destinasi pariwisata yang ada," pungkas Irfan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya