Liputan6.com, Jakarta - Penyelenggaraan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2020 berhasil mencatatkan nilai transaksi di atas Rp 11,6 triliun. Angka tersebut melebihi target yang dipasang Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) sebagai penyelenggara.
Nilai transaksi tersebut tercatat dalam hasil survei yang dilakukan perusahaan riset ternama di Indonesia, Nielsen Indonesia. Survei digelar sepanjang penyelenggaraan Pesta Diskon Tahunan 12.12 pada 11 dan 12 Desember 2020. Nielsen melakukan pemantauan penuh selama dua hari tersebut.
“Menilik hasil survei, perekonomian Indonesia terbilang kuat dan punya potensi untuk bangkit lebih cepat,” ujar Bima Laga, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Rabu (23/12/2020).
Advertisement
Hal tersebut memberikan rasa optimisme pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sektor digital, terutama industri e-commerce.
Melalui dorongan dari para pelaku industri digital, tentu akan memberi dampak positif terhadap persebaran konsumen Harbolnas kali ini yang mengalami kenaikan. “Hal ini menumbuhkan optimisme bahwa ekonomi digital kita bisa memberi sumbangsih besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Di samping itu, masa pandemi yang melanda Indonesia ini membuat para konsumen masih memiliki daya beli yang cukup tinggi.
“Dibandingkan tahun sebelumnya, oline shopper pada Harbolnas periode 2020 mereka semakin antusias. Mereka mau menunggu sampai tengah malam untuk menikmati promonya. E-commerce banyak memberikan promo. Hal itu yang menjadi pembeda dari tahun lalu karena adanya antusias tersebut di tahun ini yang lebih tinggi,” ujar Rusdy Sumantri, Director of Nielsen Indonesia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Profil Konsumen
Pandemi ternyata memberi pengaruh pada pergeseran pola perilaku konsumen dalam berbelanja online. Seperti diketahui, tren belanja online melesat naik sejak COVID-19 merajalela di Indonesia, tapi yang menarik adalah penemuan siapa profil konsumen tersebut.
Konsumen yang menjadi pasar terbesar berada pada kalangan milenial. Yakni 36 persen ada pada rentang usia 15-24 tahun, serta 34 persen lainnya pada kelompok umur 25-34 tahun. Kalangan yang terbilang dewasa yakni pada rentang usia 35-44 tahun hanya berkisar 19 persen saja. Sisanya merupakan konsumen di kelompok usia 45 tahun ke atas. Kaum pria masih mendominasi pembelian.
Fakta menarik lainnya adalah kenaikan transaksi dari luar Jawa. Dominasi transaksi di pulau paling padat di Indonesia ini mulai bergeser. Dari total kenaikan penjualan yakni 28 persen dibandingkan Harbolnas tahun lalu, kenaikan yang besar berasal dari luar Jawa yakni sekitar 97 persen.
Lalu, produk-produk yang mendominasi minat konsumen, pada dasarnya sudah bisa diprediksi. Bersaing tipis antara produk perawatan diri, makanan dan minuman, serta kebutuhan sehari-hari, ketiga produk inilah yang mengalami kenaikan yang signifikan selama Harbolnas di masa pandemi.
Sebagian besar pembelian produk-produk tersebut menyasar buatan lokal. Sumbangsih dari produk lokal mencapai 22 persen. “Kontribusi lokal produk pun mengalami kenaikan sangat tinggi sekali menjadi 5,6 triliun,” ujar Rusdy.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati
Advertisement