Menkes Pastikan Kesehatan dan Ekonomi Bisa Jalan Bareng di 2022

Menkes minta masyarakat tidak perlu khawatir pelaksanaan kehidupan di aspek ekonomi bisa sama normalnya dengan aspek kesehatan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 16 Agu 2021, 22:03 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2021, 20:19 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)
Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (MenkesBudi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa aspek ekonomi dan kesehatan akan berjalan bersamaan kedepannya. Hal itu perlu ditopang dengan penerapan protokol kesehatan dan bantuan dari pemanfaatan teknologi informasi.

Ia menambahkan fokus Kemenkes kedepannya adalah penerapan antisipasi di sektor hulu dalam melaksanakan pencegahan Covid-19.

“Di 2022 nanti fokus kita akan lebih banyak strategi yang di hulu. Bagaimana kita menerapkan protokol kesehatan dibantu dengan teknologi informasi untuk memastikan bahwa aspek kesehatan dan aspek ekonomi bisa berjalan bareng,” katanya dalam konferensi pers Nota Keuangan RAPBN 2022, di Jakarta, Senin (16/8/2021).

Dengan demikian, ia berharap, masyarakat tidak perlu khawatir pelaksanaan kehidupan di aspek ekonomi bisa sama normalnya dengan aspek kesehatan. Artinya, tidak perlu ditakutkan ada dampak yang memengaruhi dari satu aspek ke aspek lainnya.

“Strategi deteksi kita akan lakukan, kita akan sering lakukan testing, Dan kalau ada yang kena (Covid-19) kita akan lakukan cepat melacak dan kita mesti isolasi,” katanya.

Ia menekankan bahwa semua elemen terkait perlu mengatur protokol kesehatan dan protokol deteksi Covid-19. Sehingga itu akan mampu jadi bagian kehidupan normal masyarakat.

Menkes menuturkan pandemi saat ini memberikan pengalaman berharga, sehingga ia memastikan untuk mempersiapkan pandemi selanjutnya di masa mendatang.

 

Empat Strategi Pengendalian Pandemi

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menghadiri acara Mata Najwa dalam sesi 'Beres-beres Kursi Menkes' pada 6 Januari 2021. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Ia mengatakan, ada empat strategi pengendalian pandemi kedepannya. Pertama, dengan pelaksanaan perubahan perilaku, diantaranya adalah dengan melakukan protokol kesehatan.

Misalnya saat ini dengan kebiasaan penggunaan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

“Diharapkan kalau kita 3M akan mengurangi laju penularan, menurut penelitian pakai masker bisa 95 persen lebih mencegah penularan,” katanya.

Kedua, dengan melakukan deteksi yang lebih luas. Yakni, meningkatkan tes epidemiologi versus tes screening. Kemudian, meningkatkan rasio lacak kontak erat dengan memomibilisasi Bhabinsa atau Bhabinkamtibmas.

Lalu dengan penerapan Surveilans Genomik di daerah-daerah berpotensi lonjakan kasus. “Minimal 15 setiap orang kasus konfirmasi, sehingga tau yang tertular, jadi bisa isolasi mereka dan mengurangi laju penularan,” katanya.

Kemudian adalah peran vaksinasi yang akan terus ditingkatkan. Menkes mengonfirmasi stok dosis vaksin akan mampu memenuhi 280 juta masyarakat Indonesia.

“Tahap awal kita terima 90 juta dosis, Agustus ada 70 juta dosis, dan September bisa 80 juta dosis, sehingga kegiatan vaksinasi kita akan lebih tinggi lebih berat dibandingkan dengan 7 bulan pertama,” katanya.

Ia juga mengapresiasi untuk wilayah Jakarta dan Bali yang telah mencapai penetrasi vaksinasi cukup tinggi. Selanjutnya, alokasi vaksin sebesar 50 persen akan menyasar daerah-daerah dengan kasus dan mobilitas tinggi.

 

Gencarkan Sentra Vaksinasi

Kemudian sentra vaksinasi akan di gencarkan di bandara-bandara di Jakarta, Solo, Semarang, Surabaya, DI Yogyakarta, dan Bali.

“Strategi ini akan terus berjalan sampai pandemi berubah jadi epidemi, jadi bapak ibu jangan kendorin ini, mungkin jadi kehidupan kita sehari-hari. Bagian dari new normal kita kedepannya,” katanya.

Sementara itu, strategi terakhir yang akan diambil Menkes adalah strategi defensif dengan mempersiapkan kapasitas rumah sakit.

“Kalau kita sampai kesini artinya kita sudah terlambat. Itu artinya strategi kita sebelumnya kurang cepet kita lakukan. Karena begitu masuk RS itu kita harus siapkan kamar dan lain sebagainya,” tuturnya.

Pada tahap ini, ia menargetkan akan mengonversi tempat tidur sebanyak 30-40 persen dari total kapasitas RS dan pemenuhan suplai untuk penanganan Covid-19.

Kemudian, ia juga akan menyiapkan tenaga cadangan, seperti dokter magang, koas, dan mahasiswa tingkat akhir. Lalu, pengetatan masuk RS dengan aturan saturasi dibawah 95 persen sesak napas. Ia juga mengatakan akan meningkatkan pemanfaatan pemantauan isolasi mandiri dengan pemanfaatan telemedicine.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya