Liputan6.com, Jakarta Pasar keuangan dunia kini tengah menanti keputusan pengetatan kebijakan moneter atau tapering The Fed. Terlebih bank sentral Amerika Serikat (AS) sudah memberi sinyal kuat untuk melaksanakan kebijakan tersebut pada akhir 2021 ini.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, tapering off jelas akan memberikan ketidakpastian tinggi bagi Indonesia yang tengah berjuang memulihkan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga
Menurut dia, kebijakan tersebut akan sangat berdampak pada kehancuran nilai tukar rupiah hingga memperparah situasi ekonomi di masa pandemi.
Advertisement
"Rupiah bisa alami depresiasi yang dalam, dan krisis pandemi berubah menjadi krisis moneter," ujar Bhima kepada Liputan6.com, Sabtu (21/8/2021).
Secara angka, Bhima melanjutkan, tapering off The Fed disebutnya bisa bikin rupiah terdepresiasi hingga Rp 16.500 per dolar AS.
"Masih perkiraan dikisaran Rp 15.000-16.500," ungkap dia.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bunga Utang Pemerintah Membengkak
Tak hanya itu, Bhima pun memprediksi bunga utang pemerintah akan terus membengkak hingga membuat defisit fiskal semakin melebar dari target di bawah 3 persen.
"Tapering off bakal buat bunga utang meningkat tajam dan akibatkan defisit melebar diatas 6 persen," tukas Bhima.
Advertisement