Liputan6.com, Jakarta Memiliki keluarga di tengah ketidakpastian ekonomi bisa menjadi hal yang sangat meresahkan. Mengingat ada begitu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi setelah memiliki anak, salah satunya kebutuhan sehari-hari dan pendidikan.
Namun, ketidakpastian tersebut sebenarnya bisa menjadi pembelajaran atau hal baru bagi anak untuk dipelajari mengenai pemahaman tentang konsep uang.
Baca Juga
Tidak jarang juga anak-anak merasa jenuh karena harus berada di rumah, kegiatan belajar memahami uang bisa jadi solusi baru.
Advertisement
Menurut presiden National Association of State Treasurers Deborah Goldberg, , dikutip CNBC Make It, Minggu (10/10/2021), anak-anak dapat mengetahui tentang pentingnya perencanaan dan menabung.
Sesuaikan dengan pemahaman dan tingkat usia anak agar dapat mengetahui jenis pendekatan yang akan dilakukan.
Anak-anak memiliki daya ingat yang sangat kuat. Mereka dapat merekam seluruh kejadian lalu mereka adegan ulang saat bermain peran.
Anda biasa menguji hal tersebut dengan menyuruh mereka untuk mempraktekan gaya Anda menyapu/mencuci piring, gaya seorang satpam sedang bekerja, dan sebagainya.
Ditambah di tengah pandemi seperti ini, anak Anda menyaksikan dan merasakan langsung bagaimana krisis ekonomi secara global terjadi.
Orang tua mereka, mungkin salah satunya adalah Anda, mengalami pemutusan kerja secara sepihak, menghadapi krisis finansial dalam keluarga, dan permasalahan lainnya. Menurut Bankrate, lebih dari setengah orang AS tidak dapat menutupi kebutuhan pokok mereka.
Akhirnya, penyesuaian demi penyesuaian pun dilakukan dengan lebih memilih untuk memasak daripada membeli makanan di luar. Penghematan secara tidak langsung mungkin akan terekam di kepala anak Anda.
Belajar Uang Sejak Dini
“Salah satu hal yang harus jelas sebagai orang tua terhadap anak bahwa hidup benar-benar penuh ketidakpastian. Kita harus mendidik anak dan mempersiapkan mereka, terutama dalam stabilitas keuangan,” papar Goldberg.
Dua tahun belakangan ini memiliki arti dan momen khusus bagi setiap orang. Corey Carlisle selaku direktur eksekutif dari ABA (American Bankers Association) Foundation mengatakan bahwa ia tidak ingin mengasosiasikan uang dengan rasa takut.
“Kami ingin anak-anak mengerti bagaimana mengelola/mengontrol keuangan yang rumit ini,” jelas Carlisle.
Berdasarkan data yang dimiliki ABA Foundation, ditemukan sekitar 250 bank dari 300 bank yang berpartisipasi dan mulai memberikan pembelajaran secara virtual tentang pengetahuan keuangan untuk anak-anak sejak ini.
Program yang mereka keluarkan adalah permainan seperti ‘Bankers and You Bingo’, lembar mewarnai ‘Kebutuhan versus Kemauan’, dan tips-tips ringan keuangan pribadi untuk anak kecil. Pendekatan melalui permainan dinilai cukup efektif untuk mentransfer nilai seputar finansial.
Advertisement
Pendekatan Tentang Uang pada Anak
Mengajari anak-anak tentang uang dapat dimulai dengan membicarakan hal tersebut dan menanamkan nilai-nilai sejak dini.
“Jika tidak ditanamkan sejak usia muda, akan jauh lebih sulit bagi mereka untuk belajar di kemudian hari,” jelas kepala manajemen State Street Global Advisors Kelly Ryan.
Ryan telah menjadi orang tua dari tiga anak laki-laki yang semuanya berusia dibawah 10 tahun. Ia mencoba mempraktekan pembelajaran tersebut dengan bahasa-bahasa ringan yang mudah dimengerti sesuai tingkat usia anak.
“Tidak perlu terlalu memperumit masalah keuangan. Kami tidak ingin mematikan minat mereka, kami hanya ingin mereka tertarik,” tambahnya.
Ryan kembali menegaskan untuk anak-anak lebih baik menyimpan uang mereka dalam sebuah toples yang besar dan bening agar dapat langsung melihatnya. Ketika menginginkan sesuatu dan menggunakan uang tabungan, mereka dapat melihat langsung dampak dari pembelian terhadap tabungan mereka.
Kemudian, lakukan pendekatan yang menarik seperti membeli buku yang mempermudah mereka memahami konsep uang. Buku yang digunakan antara lain ‘Just a Piggy Bank’, ‘Bunny Money’, ‘Berenstain Bears’, dan ‘Trouble with Money’.
Seiring bertambahnya usia, Anda dapat mulai membicarakan hal-hal seputar menabung, memberi, pemberian bunga majemuk, dan sebagainya. Biarkan mereka menyimpan uang mereka untuk diri sendiri, lalu dipakai untuk berbelanja, dan sisanya digunakan untuk beramal.
Seiring bertambahnya usia, mereka harus memilih keamanan—berdasarkan minat mereka, bukan grafik keuangan apa pun. Nantinya, pada saat mencapai usia ke-21 tahun, mereka akan memiliki portofolio dengan tingkat sekuritas yang sangat mengejutkan.
Orang tua hanya perlu bersikap realistis dan memahami bahwa cara belajar setiap anak berbeda-beda, khususnya di lingkungan dan situasi saat ini. Anda perlu menyesuaikan diri dengan gaya belajar anak, lalu memilah mana yang berhasil dan mana yang tidak.
“Anak-anak mengawasi orang tua mereka sepanjang hari. Oleh karena itu, mereka akan tumbuh menjadi pengelola uang juga di masa depan,” tutup Ryan.
Reporter: Caroline Saskia