Liputan6.com, New York - Beberapa negara konsumen energi terbesar di dunia mengikuti langkah AS untuk melepas cadangan minyak demi mendinginkan kenaikan harga dan menjinakkan inflasi.
Pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, Dikutip dari CNN Business, Rabu (24/11/2021) mengatakan China, Jepang, India, Korea Selatan dan Inggris akan bergabung dengan inisiatif negaranya setelah beberapa pekan menjalani diskusi untuk merumuskan rencana menahan kenaikan harga minyak.
Baca Juga
Badan Energi Internasional, yang memantau pasokan minyak global atas nama ekonomi terkemuka dunia, mengatakan pihaknya menghormati keputusan yang dibuat masing-masing negara tentang "cara terbaik menanggapi tantangan dan keadaan khusus yang mereka hadapi masing-masing."
Advertisement
"Kami menyadari bahwa kenaikan harga minyak membebani konsumen dan telah menambah tekanan inflasi selama periode pemulihan ekonomi tetap tidak merata dan menghadapi berbagai risiko," kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat akan melepaskan sekitar 50 juta barel dari cadangan minyak. yang diperkirakan akan mencapai pasar pada bulan Desember mendatang.
Berikut negara-negara lain yang mengikuti langkah AS:
India
India telah setuju untuk melepaskan 5 juta barel minyak, yang akan diatur waktunya dalam perjanjian dengan lima negara lainnya.
"India telah berulang kali menyatakan keprihatinan pada pasokan minyak yang secara artifisial disesuaikan di bawah tingkat permintaan oleh negara-negara penghasil minyak, yang mengarah pada kenaikan harga dan konsekuensi negatif yang menyertainya," demikian pernyataan dari pemerintah India, tak lama setelah pengumuman Gedung Putih.
Dikatakan juga beberapa pemerintah negara bagian India telah mengambil "langkah sulit" untuk memangkas pajak bahan bakar lokal.
"Meskipun beban fiskal yang tinggi pada pemerintah, (pajak) diambil untuk memberikan bantuan kepada warga," tambah pernyataan itu.
Negara Lainnya
Korea Selatan
Pemerintah Korea Selatan mengatakan jumlah dan waktu pelepasan cadangan minyaknya akan diputuskan melalui konsultasi dengan negara-negara lain.
Selama krisis Libya pada tahun 2011, ketika perang saudara mengganggu pasokan minyak global dengan mengambil hingga 1,8 juta barel per hari secara offline, Korea Selatan melepaskan hampir 3,5 juta barel atau sekitar 4 persen dari cadangan minyak negara itu.
“Pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk berpartisipasi dalam proposal AS yaitu melepaskan cadangan minyak setelah mempertimbangkan perlunya kerja sama internasional untuk menanggapi kenaikan tajam harga minyak internasional baru-baru ini, pentingnya aliansi (Korea Selatan)-AS, dan partisipasi negara-negara besar," kata Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Inggris
Adapun pernyataan dari Pemerintah Inggris, yang menyampaikan akan memungkinkan perusahaan di wilayahnya untuk "secara sukarela melepaskan" cadangan minyak hingga 1,5 juta barel.
Keputusan itu disebut sebagai "langkah yang masuk akal dan terukur untuk mendukung pasar global saat kita keluar dari pandemi."
"Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, kami akan bekerja sama dengan mitra internasional untuk melakukan apa yang kami bisa dalam mendukung ekonomi global melalui transisi setelah pandemi," kata juru bicara pemerintah Inggris.
Advertisement
China
China, yang merupakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia dan importir minyak terbesar mengatakan kepada CNN pekan lalu bahwa pihaknya sedang mengerjakan rilis minyak strategis.
Seorang juru bicara Badan Makanan dan Cadangan Strategis Nasional China mengatakan negara itu "mendorong maju dengan pekerjaan terkait pelepasan minyak mentah saat ini."
Namun, jubir tersebut enggan mengkonfirmasi apakah langkah itu sebagai tanggapan atas permintaan AS untuk bekerja sama mengatasi krisis pasokan.
CNN melaporkan bulan lalu bahwa China tidak merilis banyak data tentang cadangan minyaknya, tetapi mengatakan pada tahun 2017 bahwa mereka telah mendirikan sembilan pangkalan cadangan utama di seluruh negeri, dengan kapasitas gabungan 37,7 juta ton.
Jepang
Perdana Menteri Fumio Kishida pada Rabu (24/11) mengkonfirmasi bahwa Jepang akan melepaskan minyak cadangannya.
"Kami telah bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk menstabilkan pasar minyak internasional," kata PM Kishida kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa negara itu akan mengambil cara yang tidak bertentangan dengan undang-undang penimbunan minyak.
Menurut Kishida, menstabilkan harga minyak mentah sangat penting untuk membantu ekonomi pulih dari pandemi COVID-19. Dia mengatakan rincian lebih lanjut tentang waktu dan jumlah pelepasan cadangan minyak akan diumumkan.