Harga Cabai Tembus Rp 100 Ribu per Kg, Nyaris Seharga Daging Sapi

Kenaikan harga pada sejumlah komoditas pangan di pasar tradisional DKI Jakarta dan sekitarnya memasuki perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, salah satunya harga cabai.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Des 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2021, 10:00 WIB
FOTO: Jelang Natal, Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 100 Ribu per Kilo
Tumpukan cabai yang dijual di Pasar Lembang, Tangerang, Banten, Selasa (21/12/2021). Jelang Natal, harga cabai rawit merah alami kenaikan hingga menembus Rp 100 ribu per kilo. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga sejumlah komoditas pangan di pasar tradisional DKI Jakarta dan sekitarnya meroket memasuki perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri menyebut, komoditas cabai menjadi bahan pangan yang mengalami kenaikan tertinggi. Khususnya, harga cabai rawit yang dijual lebih dari Rp 100.000 per kilogram (kilo).

"Cabai itu sudah mahal ya Nataru ini. Cabai rawit bahkan sudah Rp 100 ribu lebih per kilogramnya," ungkapnya saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Sabtu (25/12).

Selain cabai, lanjut Abdullah, harga telur ayam juga terus merangkak naik. Bahkan, saat ini harga bahan pangan tinggi protein tersebut dibanderol Rp31.000 sampai Rp35. 000.

"Padahal, telur kalau normal sekitar Rp22.000 an," ungkapnya.

Kenaikan harga juga dialami komoditas minyak goreng. Di mana, saat ini, harga minyak dijual Rp20.000 per liter lebih mahal dari harga eceran tertinggi (HET) pemerintah Rp 11.000 per liter.

"Selain itu, ayam dan daging sapi juga mulai mahal semua," imbuhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Permintaan Naik

FOTO: Jelang Natal, Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 100 Ribu per Kilo
Pedagang cabai melayani pembeli di Pasar Lembang, Tangerang, Banten, Selasa (21/12/2021). Jelang Natal, harga cabai rawit merah alami kenaikan hingga menembus Rp 100 ribu per kilo. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Abdullah bilang, lonjakan harga sejumlah komoditas pangan memasuki Nataru ini disebabkan oleh tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan kesediaan stok. Faktor lainnya, lanjut Abdullah, tren musiman perayaan hari besar keagamaan juga masih mewarnai kenaikan harga pangan.

"Di mana setiap memasuki Nataru ini kan biasanya harga-harga naik. Tapi, untuk cabai ini lebih ke faktor cuaca karena saat panen memasuki musim penghujan, sehingga distribusi menjadi terganggu," ungkapnya.

Dia pun meminta pemerintah untuk gerak cepat mengatasi persoalan lonjakan harga sejumlah komoditas pangan telur di wilayah ibu kota dan sekitarnya. Mengingat, kenaikan harga tersebut dinilai merugikan pedagang maupun masyarakat selaku konsumen.

"Perlu gerak cepat ya pemerintah. Kenaikan harga yang tinggi ini akan berpengaruh negatif terhadap penjual maupun pembeli," tandasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya