Harga Minyak Naik 5 Minggu Berturut-turut Didorong Kekhawatiran Pasokan

Awal pekan ini, harga minyak Brent dan WTI naik ke level tertinggi sejak Oktober 2014.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 22 Jan 2022, 08:12 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2022, 08:05 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada perdagangan jumat setelah di perdagangan sebelumnya juga tertekan. Penurunan harga minyak ini karena kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS.

Selain itu, investor melakukan aksi ambil untung setelah harga minyak Brent yang menjadi patokan dunia menyentuh tertinggi tujuh tahun di awal minggu.

Namun jika dihitung secara mingguan, harga minyak naik untuk minggu kelima berturut-turut. Pada pekan ini kenaikannya sekitar 2 persen. Harga minyak naik lebih dari 10 persen sepanjang tahun ini di tengah kekhawatiran atas pengetatan pasokan.

Mengutip CNBC, Sabtu (22/1/2022), harga minyak Brent berjangka turun 49 sen atau 0,6 persen menjadi USD 87,89 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 41 sen atau 0,5 persen menetap di USD 85,14 per barel.

Awal pekan ini, harga minyak Brent dan WTI naik ke level tertinggi sejak Oktober 2014.

"Penurunan harg aminyak kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi aksi ambil untung sebelum akhir pekan dan tidak adanya katalis bullish baru," kata analis PVM Stephen Brennock.

The Energy Information Administration (EIA) melaporkan kenaikan stok AS pertama sejak November dan persediaan bensin pada level tertinggi dalam 11 bulan. Hal in berlawanan dengan ekspektasi industri.

"Pelaku pasar sektor energi tidak terkejut melihat reli harga minyak melambat," kata analis senior OANDA Edward Moya.

"Minyak mentah WTI turun setelah kenaikan mengejutkan dengan stok AS dan menyusul pertumpahan darah di Wall Street yang mengirim aset berisiko jatuh bebas." kata Moya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

OPEC+

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Analis lain mengatakan mereka memperkirakan tekanan harga minyak akan terbatas karena kekhawatiran pasokan dan meningkatnya permintaan.

OPEC+ yang merupakan kelompok Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan Rusia dan produsen lainnya, sedang berjuang untuk mencapai target peningkatan produksi bulanan sebesar 400 ribu barel per hari (bph).

Ketegangan di Eropa Timur dan Timur Tengah juga meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan.

Para diplomat tinggi AS dan Rusia tidak membuat terobosan besar dalam pembicaraan di Ukraina pada hari Jumat tetapi sepakat untuk terus berbicara untuk mencoba menyelesaikan krisis yang telah memicu kekhawatiran akan konflik militer.

“Dengan kapasitas cadangan OPEC+ yang rendah, persediaan rendah dan ketegangan geopolitik meningkat,” tulis analis Bank of America dalam laporannya.

Mereka memperkirakan Brent akan berada di sekitar USD 120 per barel pada pertengahan 2022.

UBS memperkirakan permintaan minyak mentah mencapai rekor tertinggi tahun ini dan untuk Brent diperdagangkan dalam kisaran USD 80 per barel - USD 90 per barel untuk saat ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya