Liputan6.com, Jakarta China, negara ekonomi terbesar kedua di dunia telah memulai pemulihan yang lambat dari guncangan pasokan yang disebabkan oleh lockdown Covid-19 sejak kuartal kedua 2022. Namun memang usaha pemulihan ekonomi ini masih ada hambatan.
Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (8/7/2022) Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan bahwa perekonomian China mulai pulih dari dampak lockdown Covid-19, tetapi fondasi pemulihan itu belum kokoh dan masih diperlukan lebih banyak upaya.
Baca Juga
"Saat ini, ekonomi pulih, tetapi fondasinya tidak stabil. Kerja keras diperlukan untuk menstabilkan ekonomi," kata PM Li Keqiang dikutip dalam pertemuan luring dengan pejabat senior dari kota Shanghai, Guangdong, Fujian, Jiangsu dan Zhejiang.
Advertisement
PM Li Keqiang melanjutkan, akan ada lebih banyak untuk meningkatkan antusiasme pejabat di tingkat pusat dan daerah dan menjaga agar ekonomi China tetap beroperasi dalam kisaran yang wajar.
Sebagai informasi, Shanghai dan empat provinsi di China menyumbang lebih dari sepertiga ekonomi negara itu, dan memainkan peran kunci dalam pembayaran transfer pemerintah pusat ke daerah-daerah miskin mengingat pendapatan fiskal mereka mencapai hampir 40 persen dari total.
Daerah paling makmur juga penting dalam menyerap pekerja migran dan menopang pendapatan mereka, kata Li Keqiang.
Dia pun menambahkan, China akan terus mempromosikan reformasi dan meningkatkan lingkungan bisnis, dan akan terus membuka ekonominya ke dunia luar meski situasi internasional terus berubah.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasca Lockdown Covid-19, Aktivitas Pabrik China Mulai Bergerak
Aktivitas pabrik di China berkembang untuk pertama kalinya dalam empat bulan, menyusul pencabutan lockdown Covid-19 di kota-kota besar negara itu.
Dilansir dari CNBC, indeks Purchasing Managers' Index (PMI) China naik menjadi 50,2 pada Juni 2022, naik dari 49,6 pada Mei 2022, menurut Biro Statistik Nasional (NBS) China.
Polling sebelumnya memperkirakan PMI China akan mencapai 50,5, di atas tanda 50 poin yang memisahkan kontraksi dari pertumbuhan bulanan.
Sub-indeks untuk produksi di China berada di angka 52,8, - tertinggi sejak Maret 2021, sementara pesanan baru juga kembali berekspansi untuk pertama kalinya dalam empat bulan, meskipun pertumbuhan tetap lemah.
Meskipun aktivitas bisnis di China telah kembali berjalan setelah lockdown Covid-19 pada bulan April dan Mei, hambatan, termasuk pasar properti yang masih lemah, belanja konsumen yang lemah, serta ketakutan akan gelombang infeksi baru tetap ada.
"Meskipun sektor manufaktur terus pulih bulan ini, 49,3 persen dari perusahaan melaporkan pesanan tidak mencukupi," kata Zhu Hong, ahli statistik senior di Biro Statistik Nasional China.
"Permintaan pasar yang lemah masih menjadi masalah utama yang dihadapi industri manufaktur," ungkapnya.
Salah satu pusat ekonomi terbesar di China, yaitu Kota Shanghai mengakhiri pembelakuan lockdown sejak 1 Juni 2022, memungkinkan pabrik-pabrik kecil di wilayah tersebut melanjutkan produksi.
Advertisement
China Janji Menolong Ekonomi 4 Negara di Tengah Krisis Covid-19, Ada Rusia
Presiden China Xi Jinping menyatakan akan membantu meningkatkan ekonomi di empat negara meski masih menghadapi krisis Covid-19 di dalam negeri, dan dampak dari perang Rusia-Ukraina.
Dilansir dari VOA News, Senin (27/6/2022) Xi Jinping menyampaikan pernyataan itu pekan lalu di di KTT BRICS virtual yang diselenggarakan oleh Beijing.
Keempat negara yang akan dibantu China itu adalah Brazil, Rusia, India dan Afrika Selatan, yang bersama-sama dengan China membentuk kelompok yang dikenal dengan BRICS.
Laporan kantor berita Xinhua menyebut, Xi Jinping menganjurkan kerja sama BRICS dalam pembayaran lintas batas dan peringkat kredit. Dia lebih lanjut juga merekomendasikan fasilitasi perdagangan, investasi dan pembiayaan.
Xi Jinping, sebagai tuan rumah KTT ke-14 kelompok negara itu juga menyampaikan bahwa pihaknya akan bekerja dengan negara-negara BRICS untuk mendukung pembangunan global yang lebih kuat, lebih hijau dan lebih sehat.
Selain itu, Xi Jinping juga mengajak negara-negara lainnya untuk bergabung dengan New Development Bank, pemberi pinjaman lunak yang didirikan oleh negara-negara BRICS pada tahun 2015.
Dia juga menyerukan untuk meningkatkan mekanisme bantuan neraca pembayaran darurat negara kelompok BRICS, Contingent Reserve Arrangement, Xinhua menambahkan.
Ekonomi China telah melampaui negara lain setelah beberapa dekade mengencangkan ekspor manufakturnya.
Tetapi ekonomi negara itu tengah tertatih-tatih tahun ini karena lockdown untuk menahan lonjakan Covid-19 – yang juga menghambat rantai pasokan global.