Liputan6.com, Jakarta Setelah turun USD 60 pekan lalu, harga emas tetap rentan terhadap aksi jual yang lebih besar. Pasalnya, pasar tengah bersiap untuk kenaikan agresif suku bunga The Fed pada pertemuan Juli 2022 ini.
Namun, para analis berfokus pada dasar harga potensial yang akan memicu momentum perputaran untuk harga logam mulia.
Baca Juga
Pasar emas saat ini terpukul oleh penguatan indeks dolar AS, yang mengambil banyak minat safe-haven di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi.
Advertisement
"Harga emas telah jatuh ke level yang terakhir terlihat pada September 2021 dan secara teknis diperdagangkan di wilayah oversold," kata analis logam mulia Standard Chartered, Suki Cooper dikutip dari laman Kitco, Senin (11/7/2022).
"Sementara harga emas terperangkap di antara risiko inflasi yang meningkat dan kekhawatiran yang berkembang atas resesi, emas telah kembali mengambil isyarat dari USD, yang telah diuntungkan dari arus safe-haven atas emas," imbuhnya.
Di sisi lain, data per Jumat (8/7/2022) lalu telah meyakinkan pasar, The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) pada pertemuan Juli.
"Yang penting dari sini bagi investor bukanlah seberapa cepat The Fed menaikkan suku bunga, tetapi seberapa tinggi mereka harus melakukannya untuk memperlambat ekonomi," kata ahli strategi investasi senior Allianz Investment Management, Charlie Ripley.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Banyak Risiko
Analis melihat lebih banyak risiko penurunan untuk emas, sampai kisaran USD 1.700 per ounce atau bahkan berpotensi USD 1.650 per ounce. Namun, analis pasar senior OANDA Edward Moya menilai, itu bakal jadi kisaran harga terendah dimana investor kembali ke logam pada level harga tersebut.
"Begitu harga emas USD 1.800 per ounce pecah pekan ini, tekanan jual luar biasa. Jika keadaan menjadi jelek, harga emas bisa mencapai USD 1.650-1.675. ini jadi momen pembeli untuk kembali. Emas rentan terhadap penurunan ini. Itu level kuncinya," tegas Moya.
Sementara Cooper mengamati USD 1.690 per ounce, menyoroti level ini sebagai dasar harga emas yang lebih lemah. Dia juga menggambarkan periode Juli sebagai periode musiman yang lambat untuk permintaan.
"Emas memiliki premi safe-haven untuk saat ini, tetapi telah terkikis secara signifikan. Kami berharap emas terus mengikuti petunjuk dari pergerakan makro. Dengan demikian, harga dapat menguji lebih rendah di akhir tahun, tetapi kekhawatiran tentang inflasi akan membatasi penurunan," tuturnya.
Advertisement
Harga Emas Dunia Hari Ini, Cetak Penurunan 4 Pekan Beruntun
Pada akhir pekan lalu, harga emas turun untuk pekan keempat berturut-turut akibat tertekan oleh kenaikan dolar Amerika Serikat (AS) dan prediksi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang curam.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (9/7/2022), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.742,3 per ounce. Harga emas batangan (Bullion) turun 3,29 persen sepanjang minggu ini, yang akan menjadi yang terburuk sejak pertengahan Mei.
Sedangkan harga emas berjangka AS sedikit berubah menjadi USD 1.740.
Akhir-akhir ini, harga emas gagal menarik aliran safe-haven meskipun risiko resesi meningkat karena investor malah memilih dolar, yang telah naik ke level tertinggi baru dua dekade.
“Data pekerjaan menekan emas, sudah berjuang setelah reli dolar yang begitu kuat. Namun, ada beberapa bargain hunting yang terjadi di sini," kata Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures Bob Haberkorn.
Pertumbuhan pekerjaan AS lebih dari yang diharapkan pada bulan Juni dan tingkat pengangguran tetap mendekati posisi terendah sebelum pandemi, menandakan kekuatan pasar tenaga kerja yang terus-menerus yang memberi amunisi Federal Reserve untuk memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi akhir bulan ini.
Suku Bunga
Suku bunga yang lebih tinggi merusak daya tarik emas dengan diterjemahkan ke dalam peningkatan biaya peluang memegang aset karena tidak menghasilkan bunga.
“Dalam jangka pendek, kami masih melihat emas didukung oleh risiko resesi. Setelah koreksi baru-baru ini, kami memperkirakan harga akan berkonsolidasi,” kata Carsten Menke, Kepala Riset Generasi Berikutnya di Julius Baer.
“Rebound yang bertahan lama terlihat agak tidak mungkin dengan asumsi bahwa Fed mampu melawan inflasi tanpa mendorong ekonomi ke dalam resesi," lanjut dia.
Di pasaran, permintaan sedikit meningkat di India setelah harga domestik turun, sementara kekhawatiran atas wabah virus corona baru terus membatasi aktivitas di konsumen utama China.
Di tempat lain, harga perak naik 0,4 persen menjadi USD 19,27 per ounce, sementara platinum naik 2 persen menjadi USD 890,435.
Harga paladium naik 8,9 persen menjadi USD 2.167,18, membukukan kenaikan minggu ketiga berturut-turut.
Advertisement