Liputan6.com, Jakarta Kinerja APBN 2022 kian membaik, terutama dilihat dari peningkatan pendapatan negara. Atas dasar itu, diprediksi defisit fiskal di akhir tahun 2022 diproyeksikan dapat kembali turun lebih rendah dari target.
Dikutip dari bahan APBN Kita, Senin (1/8/2022), penurunan defisit APBN membawa konsekuensi pada pembiayaan anggaran dan pembiayaan utang yang juga mengalami penurunan.
Baca Juga
Penyesuaian tersebut menunjukkan upaya APBN untuk adaptif dan responsif menghadapi risiko global sekaligus menjaga kesinambungan APBN untuk konsolidasi fiskal tahun 2023.
Advertisement
Total kebutuhan pembiayaan utang sebagaimana Perpres 98/2022 adalah sebesar Rp 943,7 triliun, menurun dari target sebelumnya yaitu Rp 973,58 triliun.
Hingga dengan akhir Juni 2022, realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp191,9 triliun atau 20,3 persen pagu APBN Perpres 98/2022. Pembiayaan utang juga mengalami penurunan sebesar 56,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 444,8 triliun.
Sementara realisasi pembiayaan utang terdiri dari realisasi SBN (Neto) sebesar Rp182,4 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar Rp9,5 triliun. Realisasi pinjaman terdiri dari realisasi penarikan pinjaman dalam negeri sebesar Rp2,7 triliun.
Realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri sebesar Rp 0,9 triliun, realisasi penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp50,9 triliun dan realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar Rp 43,2 triliun.
Reporter: Siti Ayu Rachma
Sumber: Merdeka.com
APBN Surplus Rp 73,6 Triliun di Tengah Tahun 2022, dari Sini Sumbernya
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada semester I tahun 2022 dalam kondisi yang sangat baik dengan mencatatkan surplus sebesar Rp 73,6 triliun atau 0,39 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“APBN semester I masih mencatat surplus. Jadi 6 bulan berturut-turut APBN kita surplus. Surplusnya di bulan Juni ini dari total surplusnya adalah Rp 73,6 triliun,” ujar Menkeu secara daring dalam Konferensi Pers APBN Kita, Rabu (27/07).
Menkeu menjelaskan surplus APBN akhir Juni 2022 lebih baik jika dibandingkan Juni 2021 yang mengalami defisit Rp 283 triliun.
Kondisi surplus tersebut ditopang pendapatan negara yang mencapai Rp 1.317,2 triliun atau 58,1 persen dari target APBN Rp 1.846,1 triliun, tumbuh 48,5 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 887 triliun.
Pendapatan negara didorong penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 1.035,9 triliun atau tumbuh 52,3 persen.
Pendapatan negara yang tumbuh signifikan didukung meningkatnya aktivitas ekonomi, dampak implementasi Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP) terutama Program Pengungkapan Sukarela (PPS), dan naiknya harga komoditas.
Lebih rinci, penerimaan pajak tumbuh 55,7 persen atau mencapai Rp 868,3 triliun dan penerimaan kepabeanan dan cukai yang tumbuh 37,2 persen atau Rp167,6 triliun.
Selain penerimaan perpajakan, pendapatan negara didukung oleh penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang tumbuh 35,8 persen atau mencapai Rp281 triliun.
Advertisement
Belanja Negara
Di sisi lain, belanja negara telah mencapai Rp 1.243,6 triliun, tumbuh 6,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau mencapai 40 persen dari target APBN 2022.
Realisasi belanja terdiri dari belanja kementerian dan lembaga (K/L) sebesar Rp392,8 triliun atau 41,5 persen dari APBN, serta belanja non K/L Rp483,7 triliun atau 35,7 persen dari APBN 2022.
Kinerja belanja pemerintah pusat tumbuh positif didorong realisasi belanja non K/L untuk subsidi, kompensasi BBM dan listrik, serta pembayaran pensiun, termasuk THR dan Pensiun ke-13.
Sementara, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) telah mencapai Rp367,1 triliun atau 45,6 persen dari target APBN.