Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah menguat pada Jumat pagi didukung data inflasi produsen Amerika Serikat yang melambat.
Kurs rupiah pagi ini menguat 29 poin atau 0,2 persen ke posisi 14.737 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.766 per dolar AS.
Baca Juga
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat hari ini terhadap dolar AS karena indikasi inflasi AS mulai melambat," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Jumat (12/8/2022).
Advertisement
Data inflasi produsen AS pada Juli semalam menunjukkan penurunan tingkat inflasi yang selaras dengan data inflasi konsumen AS yang dirilis sehari sebelumnya.
Data inflasi produsen AS tercatat sebesar -0,5 persen (mom) pada Juli. Angka itu lebih rendah dari konsensus sebesar 0,2 persen (mom).
Menurut Ariston, data tersebut meningkatkan ekspektasi bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) mungkin tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga acuannya pada September sehingga mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Di pasar berkembang, ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Inflasi AS
Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, tingkat inflasi AS masih jauh di atas target The Fed 2 persen, sehingga sebagian pelaku pasar berekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif belum akan selesai.
"Ekspektasi ini diperkuat dengan pernyataan beberapa petinggi The Fed yang mendukung kenaikan suku bunga acuan untuk segera menurunkan tingkat inflasi ke kisaran 2 persen," ujar Ariston.
Sementara dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di atas 5 persen masih menjadi sentimen positif untuk rupiah.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpeluang bergerak menguat hingga ke level Rp14.650 per dolar AS.
Pada Kamis (11/8) lalu, rupiah ditutup menguat 105 poin atau 0,71 persen ke posisi Rp14.766 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.871 per dolar AS.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Topang Penguatan Rupiah
Pada perdagangan Jumat (5/8/2022) Rupiah berhasil ditutup menguat 38 poin walaupun sempat menguat 40 poin di level Rp 14.894. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.911.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Senin, 8 Agustus 2022.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 14.870 hingga Rp 14.920,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat (5/8/2022).
Hal ini dipengaruhi oleh rilis, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini yang mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal Kedua 2022 mencapai 5,44 persen (YoY). Sementara itu bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di 5,01 persen.
“Sebelumnya, banyak ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal Kedua 2022 akan berkisar 4,88 persen sampai 5,2 persen (YoY),” ujar Ibrahim.
PDB Kuartal Kedua 2022 yang berhasil melesat jauh di atas ekspektasi pasar sebagai pertumbuhan super impressive yang berasal dari booster Ramadan dan Idul Fitri. Diharapkan pemulihan ekonomi Indonesia akan berlanjut di tengah koreksi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju.
Apabila dilihat dari leading indikator konsumsi pada 2022, sebagian besar indikator konsumsi mencatatkan kondisi yang solid seperti mobilitas masyarakat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), penjualan eceran, penjualan otomotif, pertumbuhan uang beredar (M2) dan inflasi sisi permintaan.
Secara tahunan, kinerja ekonomi sudah lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Selain itu, perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II 2022 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 4.919 triliun, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp 2.923 triliun.
BPS mencatat dengan perbaikan mobilitas, beberapa sektor tumbuh tinggi, seperti transportasi dan pergudangan yang naik 21,27 persen yoy serta akomodasi makan dan minum 9,76 persen yoy.
Selain itu, beberapa sektor utama juga mengalami pertumbuhan moderat, yaitu pada sektor industri 4,01 persen, perdagangan 4,42 persen, dan pertanian 1,37 persen.
Indeks Dolar AS Menguat
Sementara itu, Dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya pada Jumat, mencoba untuk menutup beberapa kerugian besar dan kuat sesi sebelumnya menjelang rilis laporan ketenagakerjaan bulanan AS yang diawasi secara luas.
Fokus utama Jumat ini adalah laporan pekerjaan AS pada Juli, yang akan memberikan petunjuk tentang bagaimana perekonomian AS berjalan.
Ekonom memperkirakan nonfarm payrolls meningkat 250.000 bulan lalu, melambat dalam pertumbuhan dari 372.000 pekerjaan pada Juni. Itu akan menandai ekspansi gaji ke-19 bulan berturut-turut tetapi akan menjadi peningkatan terkecil dalam rentang itu.
Data yang dirilis pada Kamis menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat minggu lalu, menunjukkan beberapa pelemahan di pasar tenaga kerja, dan laporan pekerjaan akan dipelajari dengan hati-hati untuk konfirmasi potensial.
Pendinginan dalam pertumbuhan pekerjaan dapat mengurangi tekanan pada Fed untuk memberikan kenaikan suku bunga ketiga berturut-turut sebesar 75 basis poin pada pertemuan berikutnya pada September.
Sejumlah pejabat tinggi The Fed telah mengambil nada hawkish dalam beberapa hari terakhir, menunjukkan bahwa bank sentral masih fokus untuk menjinakkan inflasi dan kenaikan suku bunga lebih lanjut akan datang.
Advertisement