Ekspor Bulanan Juli 2022 Melemah, Tren Ketiban Durian Runtuh Tamat?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor RI pada Juli 2022 sebesar USD 25,57 miliar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Agu 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2022, 12:30 WIB
FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor RI pada Juli 2022 sebesar USD 25,57 miliar. Meski secara tahunan atau year on year (YoY) itu melesat 32,03 persen dari USD 19,37 miliar, tapi itu melemah 2,20 persen secara bulanan (month to month/mtm) dibanding Juni 2022 yang sebesar USD 26,15 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengingatkan, pelaku perdagangan dari Indonesia perlu mewaspadai tren ketiban durian runtuh atau windfall profit akibat melambungnya harga komoditas, yang kini mengalami siklus melambat.

"Perlu kita mewaspadai adanya windfall komoditas-komoditas yang menjadi ekspor impor andalan kita. Beberapa hal perlu dicatat, harga komoditas global saat ini beberapa komoditas utamanya terpantau mengalami penurunan harga," ujarnya, Senin (15/8/2022).

Mengacu pada Indeks Harga Komoditas Global, Setianto menjabarkan, tren untuk harga komoditas energi menunjukan tanda-tanda penurunan, dimana per Juli 2022 berada pada level 168,58.

Begitu juga untuk indeks harga komoditas makanan, dimana grafik menunjukan selama periode April-Juli 2022 terjadi adanya penurunan.

"Jadi pada Juli indeks 138,63, lebih rendah dibandingkan beberapa bulan terakhir," imbuhnya.

 

Harga Minyak

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Setianto pun turut memantau perkembangan global harga minyak mentah yang mengalami pelemahan 10,03 persen secara bulanan pada Juli 2022. Senada, ekspor gas alam juga terpanykas 5,45 persen secara month to month pada bulan yang sama.

"Untuk minyak kelapa sawit per dolar per metrik ton, ini menunjukan penurunan cukup tajam di Juli 2022, USD 1.056,6 per metrik ton dibandingkan Juli 2021 yang harganya USD 1.062,99 metrik ton," papar dia.

Tren menurun juga dialami nikel, yang harganya anjlok 16,28 persen menjadi USD 21.000 per metrik ton secara bulanan per Juli 2022. Lalu harga gandum, yang mengalami penurunan jadi 382,5 USD per metrik ton (terpangkas 16,77 persen secara bulanan).

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Batu Bara

FOTO: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara Setelah Indonesia Longgarkan Larangan Ekspor
Batu bara dimuat ke truk di Pelabuhan Karya Citra Nusantara (KCN) Marunda, Jakarta, 17 Januari 2022. Indonesia melonggarkan larangan ekspor batu bara. (ADEK BERRY/AFP)

Adapun selama periode bulan lalu, tercatat hanya batu bara sebagai salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia yang harganya terus melesat.

"Batu bara, ini juga merupakan komoditas ekspor utama kita. Di Juli, terjadi peningkatan sebesar 306,4 USD per metrik ton. Dilihat grafiknya batu bara masih menunjukan peningkatan," tutur Setianto.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya