Rupiah Tembus 15.000 per Dolar AS, Bagaimana Nasib Importir?

Jika pelemahan rupiah berlangsung sangat lama, amka akan mengakibatka harga barang yang memerlukan bahan baku impor akan mengalami kenaikan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 21 Sep 2022, 15:40 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2022, 15:40 WIB
Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah dan tembus level 15.000 per dolar AS. Jika berlangsung cukup lama, pelemahan rupiah ini akan membawa dampak buruk kepada kegiatan impor dan juga memperbesar nilai utang Indonesia.

Pengamat dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita membeberkan dampak turunan dari rupiah melemah. Di sisi impor, akan memperbesar angka yang didapatkan imbas dari konversi mata uang digunakan.

"para importir, produsen domestik yang menggunakan bahan baku atau bahan setengah jadi atau barang modal dari luar, akan menerima dampak negatifnya. Mereka akan membutuhkan lebih banyak rupiah untuk volume barang yang sama dan untuk nominal dolar yang sama," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (21/9/2022).

Jika ini terjadi, karena pelemahan yang berangsur lama, akibatnya harga barang yang memerlukan bahan impor akan mengalami kenaikan. Termasuk juga harga BBM, jika harga minyak dunia ikut terkerek naik imbas pelemahan rupiah.

"Dan pada ujungnya akan ikut memperburuk angka inflasi kita," kata dia.

Dampak yang lebih besar, pelemahan nilai tukar ini akan menambah jumlah nominal utang luar negeri pemerintah, meski nominal secara dolar AS-nya tetap sama. Ini akibat dari mata uang yang digunakan di dalam negeri adalah rupiah.

"Karena pemerintah di dalam negeri menggunakan mata uamg rupiah, terutama dalam penerimaan pajak, mau tak mau jumlah rupiah dari utang luar negeri pemerintah akan terkerek naik juga sesuai dengan pergerakan mata uang rupiah terhadap dollar," terangnya.

Ia mengamini kalau fluktuasi nilai tukar rupiah beberapa waktu belakangan memang kurang menggambarkan fundamental ekonomi nasional. Pergerakannya sejak akhir tahun lalu sangat dipengaruhi oleh psikologi dan sentimen pasar atas kebijakan tapering dan kenaikan suku bunga The Fed.

"Yang berpengaruh langsung pada besaran capital outflow, terutama dari sektor finansial. Sehingga, mau tidak mau, nilai rupiah saat ini akhirnya menjadi undervalued, lebih rendah dari underlyingnya, yakni kinerja ekonomi yang relatif cukup baik," paparnya.

 

Dampak Positif

Kurs Rupiah terhadap Dolar
Karyawan bank menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS membawa dampak positif. Misalnya, terhadap kinerja ekspor dan tentunya pendapatan dari kegiatan ekspor.

"Dampak positifnya akan dinikmati oleh eksportir dan pemerintah. Eksportir akan mengantongi kelebihan selisih mata uang dari volume ekspor yang sama, karena saat mereka mengonversi dolar yang mereka terima akan mendapatkan jumlah rupiah yang lebih banyak," tuturnya.

"Begitu pula dengan penerimaan negara dari ekspor, yang tentu juga akan ikut naik, seiring dengan peningkatan penerimaan para eksportir, walaupun volumenya ekspornya tetap sama," tambah Ronny.

 

Pelemahan Nilai Tukar

Kurs Rupiah terhadap Dolar
Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu pagi melemah, menembus level psikologis 15.000 per dolar AS. Sentimen utamanya, jelang pengumuman hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).

Rupiah melemah 24 poin pagi ini atau 0,16 persen ke posisi 15.008 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.984 per dolar AS.

"Pasar masih menunggu pengumuman hasil rapat The Fed. Ekspektasi pasar The Fed masih akan menaikkan nilai suku bunga di kisaran 50 - 100 basis poin," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara, Rabu (21/9/2022). 

Kenaikan Suku Bunga The Fed

Nilai Tukar Rupiah
Aktivitas penukaran uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Nilai tukar Rupiah pada Kamis (19/3) sore ini bergerak melemah menjadi 15.912 per dolar Amerika Serikat, menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. (merdeka.com/Imam Buhori)

Revandra menyampaikan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed tersebut memberikan sentimen positif bagi dolar AS yang diindikasikan dengan indeks dolar yang kembali naik ke level 110.

"Penguatan dolar AS ini memberikan tekanan bagi mata uang lain yang dipasangkan dengan dolar, termasuk rupiah," ujar Revandra.

Pelaku pasar bersiap untuk kenaikan suku bunga agresif lainnya dari The Fed dalam sepekan yang penuh dengan pertemuan bank-bank sentral.

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya