Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan memprediksi kenaikan suku bunga oleh bank sentral di berbagai negara masih akan terjadi sampai 2023 mendatang. Ini jadi salah satu upaya merespons kenaikan inflasi yang terjadi.
Plt Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Abdurrahman mengatakan kalau banyak risiko yang dialami termasuk eskalasi tekanan yang tak hanya global tapi juga masing-masing negara.
Baca Juga
Setiap negara, termasuk Indonesia dihadapkan dengan tekanan inflasi akibat disrupsi suplai akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina.
Advertisement
Inflasi ini direspons berbagai bank sentral di dunia untuk menaikkan tingkat suku bunga. Amerika Serikat, Eropa, dan Inggris tercatat telah menaikkan suku bunga cukup tinggi sejak awal tahun 2022.
"Dengan lonjakan inflasi yang berkepanjangan kenaikan suku bunga ini diperkirakan akan terus berlanjut di tahun 2023," kata dia, dalam Indonesia Economic Outlook Maximizing Indonesia's Economic Momentum, Senin (3/10/2022).
Dia mencatat, pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan berbagai negara menimbulkan gejolak di pasar keuangan. Misalnya, potensi krisis utang dunia, krisis energi, dan krisis pangan global.
Sejalan dengan itu, lukuiditas global semakin ketat. Amerika Serikat misalnya telah menaikkan tingkat suku bunga hingga 300 basis poin sejak awal 2022. Tujuannya untuk mengatasi tekanan inflasi yang cukup tinggi.
"Langkah serupa juga ditetapkan oleh banyak negara. Baik di negara G20 maupun negara berkembang lainnya. Inggris dan Eropa masing-masing telah menaikkan 200 basis poin dan 125 basis poin sepanjang tahun 2022," terangnya.
Picu Arus Modal Keluar
Lebih lanjut, Abdurrahman menuturkan kalau kenaikan suku bunga yang terus terjadi memancing ketidakstabilan pasar keuangan global. Ini juga turut memicu aliran modal keluar di sejumlah negara berkembang.
"Indeks saham global mengalami koreksi cukup tajam, terutama di beberapa negara emerging market seperti Afrika Selatan, Brazil dan juga di Tiongkok," ujarnya.
Disamping itu, nilai tukar lokal di berbagai negara juga mengalami tekanan yang cukup berat. Diketahui, Indonesia juga mengalami pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Advertisement
Sri Mulyani Jamin Ekonomi Indonesia
Dunia tengah dihadapkan pada ancaman resesi ekonomi akibat ketidakpastian global yang terus meningkat. Hal ini tercermin dari negara-negara maju yang masih bergelut dengan kenaikan inflasi yang tinggi di sepanjang tahun 2022 sebagai akibat dari krisis energi dan pangan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah Indonesia akan terus mencermati perkembangan yang sangat dinamis di seluruh dunia. Utamanya negara-negara dengan ekonomi besar seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China yang memegang peran penting dalam ekonomi global.
"Mereka memang sedang dalam suasana dan proses adjustment yang tidak mudah, dan pasti akan memberikan dampak kepada seluruh dunia," kata Sri Mulyani saat ditemui di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (29/9).
Kondisi ini kata Sri Mulyani perlu diantisipasi Pemerintah. Walaupun sampai akhir tahun ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh karena ditopang pertumbuhan yang semakin baik sampai kuartal III.
"Sampai dengan akhir tahun pertumbuhan kita masih cukup resilience, terutama tadi yang ditopang kalau untuk kuartal-III kita sudah selesai kemarin," kata dia.
Beberapa penopangnya antara lain konsumsi rumah tangga yang masih bagus, kinerja ekspor yang masih kuat dan investasi yang sudah mulai pulih. Sementara untuk kuartal IV, belanja pemerintah juga akan memberikan banyak kontribusi.
Dunia Resesi 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap tingkat pertumbuhan ekonomi banyak negara mulai melemah. Pelemahan ini terjadi sejak kuartal II 2022.
Atas kondisi demikian, sejumlah negara diprediksi mengalami resesi di 2023. Alasannya, tren pelemahan pertumbuhan ekonomi sejak kuartla II, akan terus terjadi hingga akhir tahun 2022.
"Tren terjadinya peelemahan sudah terlihat mulai Q2 di berbagai negara dan akan semakin dalam pada Q3 dan Q4, sehinga prediksi mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan termasuk kemungkinan terjadi resesi mulai muncul," ungkapnya dalam konferensi pers APBN KITA, Senin (26/9/2022).
Dalam situasi ekonomi global yang tengah bergejolak sampai Agustus 2022, Indonesia mencatatkan pertumbuhan positif di kuartal II 2022. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen.
"Kita lihat hampir semua negara kondisi pertumbuhan kuartal II-nya melemah dibanding kuartal I secara sangat ekstrem," ujarnya.
Misalnya, China dan Amerika Serikat yang mengalami koreksi. Ditambah Inggris dan beberpaa negara lainnya yang mengalami koreksi pertumbuhan ekonomi. Tren ini diprediksi masih berlanjut di kuartal III dan Kuartal IV tahun 2022.
Advertisement