Siap-Siap, Harga Minyak dan Gas Diramal Makin Mahal

Bank Indonesia memprediksi akan terjadi potensi kenaikan harga energi, terutama minyak dan gas beberapa bulan ke depan.

oleh Tira Santia diperbarui 31 Okt 2022, 11:17 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2022, 10:15 WIB
minyak-dunia-harga-130925d.jpg
Bank Indonesia memprediksi akan terjadi potensi kenaikan harga energi, terutama minyak dan gas beberapa bulan ke depan. Sebab beberapa negara seperti Eropa akan menghadapi musim dingin, sementara pasokan gas dibatasi oleh Rusia.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia memprediksi akan terjadi potensi kenaikan harga energi, terutama harga minyak dan gas beberapa bulan ke depan. Sebab beberapa negara seperti Eropa akan menghadapi musim dingin, sementara pasokan gas dibatasi oleh Rusia.

Apalagi ditambah dengan ancaman baru Rusia yang akan mengebom semua kapal yang membawa gandum dari Ukraina ke seluruh dunia. BI menilai, hal itu  berpotensi akan mengancam pasokan pangan global.

Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo dalam acara peresmian Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), yang dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tengah, Senin (31/10/2022).

“Dua hari yang lalu keluar ancaman Rusia akan mengebom semua kapal yang membawa gandum ke seluruh dunia. Jadi, itu potensi yang muncul baru dari sisi pasokan pangan yang akan terganggu lagi, dengan harga potensi naik,” kata Dody.

Oleh karena itu, Bank Indonesia memprediksi risiko harga komoditas masih akan tinggi ke depannya. Artinya, dunia sedang tidak baik-baik saja. Bank Indonesia bukan menakut-nakuti, namun Bank Indonesia sedang berusaha untuk memitigasi hal tersebut agar tidak terjadi.

“Kita bukan menakuti tapi bagaimana kita memitigasi, karena semua negara sedang berperang dengan ancaman yang sama, semua menaikan suku bunga. Apapun resiko yang dihadapi dengan konteks masalah pertumbuhan yang melambat adalah prioritas kedua, karena masalah stabilitas tidak ada kata tawar,” ujarnya.

Untuk menangani masalah tersebut, di dalam negeri sendiri Bank Indonesia sedang berupaya untuk menekan inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), yang berkolaborasi dengan Pemerintah daerah di berbagai Provinsi di Indonesia.

“Kami di Bank Indonesia akan mengedepankan kebijakan-kebijakan yang tepat dengan permasalahan.  GNPIP adalah bentuk bagaimana kita koordinasi semua langkah-langkah dari sisi supply untuk memastikan bahwa permasalahan pasokan ini di handle dengan Baik,” ujarnya.

Selain melalui GNPIP, Bank Indonesia beberapa waktu yang lalu kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen pada Oktober 2022. Alasan BI menaikkan suku bunga acuan, karena permintaan diprediksi akan meningkat.

“Bank Indonesia barus aja menaikkan suku bunga karena kita melihat ada potensi baru inflasi, kita akan naik karena permintaan kita akan meningkat. Mobilitas sudah belanja di mal-mal penuh, travel juga banyak, potensi demandnya sekarang meningkat,” pungkasnya. 

Lockdown China Meluas, Harga Minyak Dunia Merosot 1 Persen

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Sebelumnya, harga minyak dunia turun sekitar 1 persen pada hari Jumat setelah importir minyak mentah utama China memperluas pembatasan COVID-19. Di sisi lain patokan minyak mentah siap untuk kenaikan mingguan di tengah kekhawatiran pasokan dan data ekonomi yang secara mengejutkan kuat.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (29/10/2022), harga minyak Brent berjangka turun 89 sen, atau 0,92 persen, menjadi menetap di USD 96,07 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 88 sen, atau 0,99 persen, menjadi USD 88,20.

Bensin berjangka AS turun sekitar 3 persen. Sementara solar berjangka AS naik sekitar 5 persen ke level tertinggi sejak pertengahan Juni.

"Diesel masih (adalah) komponen terkuat dari kompleks (dengan) short yang diperas dari kontrak November menjelang berakhirnya Senin," kata analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates.

Untuk minggu ini, Brent naik sekitar 2 persen dan WTI naik sekitar 3 persen.

Kota-kota di China meningkatkan pembatasan COVID-19 pada hari Kamis, menutup gedung dan mengunci distrik setelah China mendaftarkan 1.506 infeksi COVID baru pada 27 Oktober, kata Komisi Kesehatan Nasional, naik dari 1.264 kasus baru sehari sebelumnya.

Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan China melambat menjadi 3,2 persen tahun ini, turun 1,2 poin dari proyeksi April, setelah naik 8,1 persen pada 2021.

"Sulit untuk membuat alasan untuk rebound dalam pembelian minyak mentah China mengingat latar belakang ketidakpastian atas kebijakan nol-COVID," kata analis PVM Oil Stephen Brennock.

Pernyataan Perusahaan Minyak China

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

PetroChina mengatakan permintaan China untuk bahan bakar sulingan dan gas alam akan tumbuh dari tahun ke tahun di kuartal keempat seiring dengan pemulihan ekonomi yang diharapkan karena Beijing meluncurkan lebih banyak kebijakan stimulus.

Kekuatan ekonomi di dua ekonomi utama membatasi kerugian minyak.

Data pada hari Kamis menunjukkan rebound kuat dalam produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal ketiga, menunjukkan ketahanan di ekonomi dan konsumen minyak terbesar dunia.

Ekonomi Jerman juga tumbuh secara tak terduga pada kuartal ketiga, data menunjukkan pada hari Jumat, karena ekonomi terbesar Eropa menjaga resesi meskipun inflasi tinggi dan kekhawatiran pasokan energi menjelang larangan Eropa terhadap impor minyak mentah Rusia.

"Pasar tetap waspada terhadap tenggat waktu yang akan datang untuk pembelian minyak mentah Rusia di Eropa sebelum sanksi dimulai pada 5 Desember," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Raksasa minyak dan gas global termasuk Exxon Mobil, Chevron dan Equinor membukukan laba kuartal ketiga yang besar, memicu kritik dari kelompok konsumen di Amerika Serikat dan Eropa.

Infografis SKK MIgas
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya