Perusahaan Vaksin Demam Berdarah Jepang Jajaki Investasi di Indonesia

Sebagai negara endemis demam berdarah, terutama di wilayah Timur, Kalimantan, dan di Jawa saat musim hujan, Indonesia membutuhkan vaksin demam berdarah untuk mencegah perluasan penyakit dan kematian akibat demam berdarah.

oleh Maulandy Rizki Bayu KencanaTira Santia diperbarui 20 Jan 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2023, 10:30 WIB
Ilustrasi Vaksin
Sebagai negara endemis demam berdarah, terutama di wilayah Timur, Kalimantan, dan di Jawa saat musim hujan, Indonesia membutuhkan vaksin demam berdarah untuk mencegah perluasan penyakit dan kematian akibat demam berdarah. (unsplash.com/Mufid Majnun)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan pertemuan dengan President/Chief Executive Officer (CEO) Takeda Pharmaceutical Company Dr. Christophe Weber, Ph.D. guna membahas tentang program vaksin demam berdarah dari Takeda, dan mendorong Takeda untuk berinvestasi vaksin di Indonesia.

Menteri Bahlil menyampaikan kepada Takeda, bahwa sebagai negara endemis demam berdarah, terutama di wilayah Timur, Kalimantan, dan di Jawa saat musim hujan, Indonesia membutuhkan vaksin demam berdarah untuk mencegah perluasan penyakit dan kematian akibat demam berdarah.

Bahlil pun mengapresiasi upaya Takeda mengembangkan vaksin demam berdarah, dan investasi Takeda yang telah berada di Indonesia sejak 1971 pada sektor farmasi.

“Saya berterimakasih kepada Takeda atas produk-produknya yang telah banyak membantu masyarakat Indonesia. Kami dorong Takeda untuk jangan hanya mengimpor vaksinnya tapi juga produksi di Indonesia,” ujar Bahlil, dalam pertemuannya di Swiss, Jumat (20/1/2023).

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Bahlil juga menyatakan siap untuk mendukung program dan rencana investasi Takeda serta akan membantu mengkoordinasikan program vaksinasi demam berdarah dengan Kementerian Kesehatan.

Ditambah lagi, melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM), Indonesia telah memberikan persetujuan kepada Takeda terkait penggunaan Vaksin Dengue Tetravalen (TAK-003) untuk demam berdarah, terutama untuk kelompok umur 6-45 tahun.

Selain itu, Kementerian Investasi/BKPM juga siap untuk memfasilitasi dan mempertemukan mitra lokal yang sesuai dengan kebutuhan Takeda.

 

Vaksin Demam Berdarah

Vaksin Cacar
Ilustrasi vaksin cacar monyet. (Sumber foto: Pexels.com)

Menanggapi hal tersebut, President/Chief Executive Officer (CEO) Takeda Pharmaceutical Company Dr.Christophe Weber, Ph.D. menyampaikan bahwa Takeda telah mengembangkan vaksin demam berdarah selama 10 tahun hingga kini telah sukses dan siap untuk didistribusikan.

Dr Weber menyatakan bahwa Takeda membuka kemungkinan untuk memproduksi vaksin demam berdarah di Indonesia selama ada mitra lokal yang tepat.

“Kami berharap akan membantu masyarakat Indonesia dengan vaksin ini, mengingat demam berdarah merupakan masalah yang ada di Indonesia. Saya ingin memberitahukan bahwa kami sangat berkomitmen untuk bekerja dengan baik dan bekerjasama dengan Indonesia. Kami harapkan dukungan dari Bapak Menteri untuk program vaksin ini. Kami juga terbuka atas kemungkinan bermitra dengan perusahaan lokal Indonesia,” jelas Dr. Weber.

Takeda adalah perusahaan farmasi global asal Jepang yang berinvestasi dalam penelitian dan mengkomersialkan lebih dari 700 produk di 70 Negara dan memiliki lebih dari 55.000 karyawan secara global.

Di Indonesia, Takeda telah menjadi mitra layanan kesehatan utama selama lebih dari 50 tahun dan berkontribusi pada penyakit kompleks seperti onkologi, perawatan primer dan layanan kesehatan konsumen.

Target Investasi Rp 1.400 Triliun Bukan Cuma Mimpi Jika Pemerintah Konsisten

[Fimela] Investasi
Ilustrasi investasi | unsplash.com/@precondo

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan angka investasi 2023 sebesar Rp 1.400 triliun. Jumlah itu lebih besar dari target 2022 Rp 1.200 triliun, yang berhasil terkejar hingga Rp 1.207 triliun.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menyebut, target ini sangat realistis. Dengan syarat, proses pemulihan ekonomi nasional tidak terganggu pelemahan yang terjadi di tingkat global.

"Syarat utamanya pemulihan ekonomi nasional tidak terganggu, misal merebaknya kembali pandemi. Kalau dari sisi insentif investasi saya kira sudah mencukupi," ujar Piter kepada Liputan6.com, Rabu (18/1/2023).

"Tinggal bagaimana pemerintah konsisten dengan semua kebijakannya. Sehingga memberikan kepastian dan keyakinan bagi investor asing," dia menambahkan.

Menurut dia, target investasi 2023 Rp 1.400 triliun secara potensi sangat memungkinkan. Itu didukung oleh kondisi indonesia yang diproyeksikan melanjutkan pemulihan ekonomi pada 2023 di tengah kondisi global yang lesu

"Pilihan investor global untuk menempatkan investasinya di tengah kondisi global lesu tidak banyak, terbatas. Sehingga Indonesia yang mampu pulih lebih cepat akan nampak menarik bagi investor global," sebutnya.

Apalagi, Piter menggarisbawahi, pemerintah cukup konsisten memberikan kemudahan investasi lewat regulasi yang ada. Termasuk dengan penerbitan UU Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja (Perppu Cipta Kerja).

"Di sisi lain, indonesia juga konsisten mendorong hilirisasi memanfaatkan semua potensi sumber daya alam mineral seperti nickel dan tembaga," tandasnya.

Jokowi: Investasi 2022 Tembus Rp 1.207 Triliun, Tersebar di Luar Jawa

Jokowi Dialog Ekonomi dengan Para Pelaku Pasar Modal
Presiden Joko Widodo saat dialog ekonomi dengan para pelaku pasar modal di BEI, Jakarta, Selasa (4/7). Dalam dialog tersebut, Jokowi meyakinkan para pelaku pasar modal akan investasi di Indonesia yang tumbuh sangat bagus. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menugaskan kepada Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia untuk bisa meraih investasi sebesar Rp 1.200 triliun sepanjang 2022. Ternyata target tersebut bisa tercapai bahkan terlampaui.

Jokowi mengatakan bahwa realisasi investasi 2022 di angka hingga Rp 1.207 triliun. "Dari target Rp 1.200 triliun tahun 2022 ini tercapai di Rp 1.207 triliun," kata Jokowi di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Selasa (17/1/2023).

Total realisasi investasi sepanjang 2022 yang tidak kecil ini berdampak positif terhadap lapangan kerja. Tercatat, sepanjang 2022 tercipta 1,3 juta lapangan kerja. "Ini sangat bagus karena bisa menciptakan lapangan kerja 1,3 juta," kata dia.

Selain itu, Jokowi mengatakan sebagian besar investasi telah menyebar di luar Pulau Jawa, yakni 53 persen. Sehingga bisa mendorong pemulihan ekonomi nasional lebih cepat lagi.

"Di tahun 2022 ini 53 persen di luar Jawa. Sehingga investasi jadi kunci pertumbuhan ekonomi kita," kata Jokowi.

Sebagai informasi, Kementerian Investasi/BKPM berhasil mencatat realisasi investasi periode Januari-September 2022 sebesar Rp892,4 T atau 74,4 persen dari target Rp1.200 triliun.

Pada periode ini, kontribusi realisasi investasi PMA melonjak 44,5 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2021 lalu, yaitu sebesar Rp479,3 triliun (53,7 persen).

  

Infografis Peringkat Investasi Indonesia
Peringkat Investasi Indonesia Naik (Liputan6.com/Triyas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya