Cetak Pebisnis Pertanian Milenial, Mentan Luncurkan Badan Usaha Pertanian Kampus

Untuk mencetak banyak petani muda dan pebisnis pertanian, Kementerian Pertanian meluncurkan Badan Usaha Pertanian Kampus (BUPK), Jumat (21/7/2023) di UNHAS Convention Center Makassar.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Jul 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2023, 12:00 WIB
Untuk mencetak banyak petani muda dan pebisnis pertanian, Kementerian Pertanian meluncurkan Badan Usaha Pertanian Kampus (BUPK), Jumat (21/7/2023) di UNHAS Convention Center Makassar.
Untuk mencetak banyak petani muda dan pebisnis pertanian, Kementerian Pertanian meluncurkan Badan Usaha Pertanian Kampus (BUPK), Jumat (21/7/2023) di UNHAS Convention Center Makassar.

Liputan6.com, Jakarta Untuk mencetak banyak petani muda dan pebisnis pertanian, Kementerian Pertanian meluncurkan Badan Usaha Pertanian Kampus (BUPK), Jumat (21/7/2023) di UNHAS Convention Center Makassar.

Kerjasama pembentukan BUPK ditanda tangani antara Universitas Hassanudin Makassar dengan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan Kementerian Pertanian telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian, yaitu Pertanian Maju, Mandiri, dan Modern.

"Arah kebijakan ini menjadi pedoman untuk bertindak cerdas, cermat dan akurat bagi jajaran Kementerian Pertanian dalam mencapai kinerja yang lebih baik, mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, memanfaatkan teknologi mutakhir, dan korporasi petani sesuai arahan Bapak Presiden," katanya.

Mentan menambahkan jika pendidikan vokasi memiliki posisi penting dalam pengembangan SDM.

"Di saat puncak bonus demografi, dimana usia kerja mendominasi proporsi penduduk indonesia, artinya kita harus sediakan peluang kerja sebanyak-banyaknya kita harus siapkan kapasitas mahasiswa dan alumni kita agar produktif dan kompetitif,” tuturnya.

Menurutnya, salah satu upaya untuk menumbuhkan wirausaha muda pertanian melalui pendidikan adalah dengan pembentukan BUPK dan pengelolaan secara bersama antara Polbangtan/PEPI Lingkup Kementerian Pertanian dengan Perguruan Tinggi Mitra.

"BUPK adalah wadah bagi mahasiswa, alumni perguruan tinggi dan pemuda tani yang akan menjadi entrepreneur atau pengusaha pertanian, sekaligus menjadi penggerak dan pencipta lapangan kerja di sektor pertanian serta mengembangkan usahanya," katanya.

Dalam upaya menumbuhkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian, Mentan mengajak semua pihak untuk mengubah paradigma.

"Sektor pertanian merupakan sektor yang menarik dan menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan sungguh-sungguh, menanamkan kesadaran akan kebutuhan pangan nasional," katanya.

BUPK sendiri merupakan gagasan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam menjawab tantangan dunia pertanian di masa depan sekaligus regenerasi petani.

"Badan Usaha Pertanian Kampus sebenarnya yang diinginkan kita (pemerintah dan kampus) untuk bersinergi untuk meningkatkan swasembada pangan," katanya.

 

Bisnis Pertanian

Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Antisipasi Iklim Ekstrim El Nino bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, di Palembang, Senin (17/7) siang/Istimewa.

Ia menambahkan, BUPK melakukan proses bisnis pertanian, produksi, pasca panen, pemasaran, benar benar bisnis, bukan hanya teori. Dengan pengelolaan profesional sebagai unit bisnis.

Sebagai motivasi untuk para mahasiswa yang hadir, Mentan pun sempat berdialog dengan petani milenial secara online.

Sementara Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan dengan adanya badan usaha tersebut, para mahasiswa Polbangtan diharapkan menjadi lulusan siap kerja bahkan sebagai pencetak lapangan kerja.

"Kita sudah bangun badan usaha pertanian kampus, insya Allah akan segera diluncurkan," kata Dedi.

Ia menjelaskan, badan usaha itu akan menjadi organisasi sekaligus unit kerja di kampus yang ditujukan agar para alumni siap berbisnis sendiri.

Mereka akan diasah untuk menekuni bidang agribisnis dengan berbagai fasilitas seperti smart green house yang saat ini terus didorong Kementan.

"Ini semua akan mengarah ke sana sehingga kita memperkuat pendidikan vokasi," kata Dedi.

Sedangkan Polbangtan Gowa sudah memiliki sebuah BUPK yang diberinama Go-AGRise.

Go-AGRise diambil dari akronim Polbangtan Gowa Agribusiness Venture. Nama ini juga menunjukkan visi menjadi bisnis yang maju dan terus bertumbuh dan berkembang.

Go-AGRise adalah Badan Usaha Pertanian Kampus Polbangtan Gowa, yaitu badan usaha mandiri yang merupakan unit usaha Koperasi Kesuma Polbangtan Gowa, berbadan hukum koperasi

Go-AGRise memiliki beberapa unit bisnis, yaitu unit bisnis peternakan unggas, unit bisnis pupuk kompos, unit bisnis hortikultura, dan unit bisnis pengolahan kakao.

Sedangkan Lingkup Kerjasama pengelolaan BUPK Polbangtan Gowa dan Universitas Hasanuddin (UNHAS) antara lain BUPK UNHAS menjadi Pembina BUPK Polbangtan Gowa.

Kemudian BUPK UNHAS menjadi mitra offtaker dari produk yang dihasilkan BUPK Polbangtan Gowa, atau sebaliknya.

Kemudian BUPK Polbangtan Gowa bermitra dengan BUPK UNHAS dalam hal penyediaan bahan baku, market place, dan proses bisnis lainnya.

BUPK Polbangtan Gowa dan BUPK UNHAS juga berkerjasama menghasilkan “Produk Bersama” yang disepakati oleh kedua belah pihak.

 

Pemasaran

Kementan
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) hadiri Rapat Koordinasi Antisipasi Dampak El Nino dan Percepatan Tanam Provinsi Jawa Barat digelar di Bandung pada Kamis (20/7)/Istimewa.

Mewakili Rektor, Sekretaris Universitas Hasanuddin, Sumbangan Baja menyambut baik peluncuran BUPK Polbangtan Gowa kerjasama dengan Universitas Hasanuddin.

"Proses pembahasan BUPK memang sudah cukup lama, dan hari ini kita luncurkan. Sebelumnya kerjasama dengan Kementan sudah lama terjalin, dan masalah ada di pemasaran, semoga BUPK hadir sebagai solusi," ujarnya.

Ia mengatakan Universitas Hasanuddin melakukan penyesuaian kurikulum dari Merdeka Belajar, dengan mengarahkan mahasiswa kepada Agribisnis.

"Harapannya dengan kerjasama ini akan lahir lebih banyak pengusaha petani milenial dan unit bisnis agribisnis," ujarnya.

Sejumlah petani milenial yang dihadirkan secara online dalam kegiatan ini. Di antaranya Ais, petani asal Bogor yang mengembangkan komoditas cabe Katokkon asal Tana Toraja.

Keunikan cabai Katokkon ini pun menjadi daya tarik tersendiri karena dikenal sebagai cabai terpedas di Indonesia.  Ais memperoleh omset total Rp 1,5 M per hektare, dengan biaya tanam Rp250 juta-Rp300 Juta dengan siklus dua kali tanam.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya