Ketua MPR Minta Kementerian ESDM Perhatikan Dampak Kenaikan Harga Pertamax

Ketua MPR Bambang Soesatyo meminta Kementerian ESDM dan Pertamina sudah perhitungkan matang dampak kenaikan harga Pertamax.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Okt 2023, 17:17 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2023, 17:17 WIB
Harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax akan terus disesuaikan mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak yakni Mean of Platts Singapore (MOPS). (Dok Pertamina)
Ketua MPR Bambang Soesatyo menanggapi langkah Pertamina yang kembali menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi seperti harga Pertamax. (Dok Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua MPR Bambang Soesatyo menanggapi langkah Pertamina yang kembali menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi seperti harga Pertamax sejak Minggu, 1 Oktober 2023.

Bambang Soesatyo meminta pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Pertamina sudah memperhitungkan matang kenaikan harga BBM nonsubsidi tersebut.

"Serta menyampaikan, menyosialisasikan penyesuaian harga BBM tersebut kepada masyarakat dan memperhatikan ke depannya terhadap dampak kenaikan harga BBM tersebut secara menyeluruh," ujar dia dalam keterangan resmi, Senin (2/10/2023).

Selain itu, Bambang juga meminta Pertamina mengoptimalkan pendistribusian BBM subsidi di tiap wilayah untuk memastikan dan mengawasi pendistribusian BBM subsidi lebih termonitor. Hal ini guna mencegah potensi penyalahgunaan pembelian atau penyelewengan BBM bersubsidi sebagai salah satu imbas dari kenaikan harga BBM.

Bambang juga meminta Kementerian ESDM menyusun aturan berdasarkan ide dan strategi optimalisasi energi baru terbarukan/EBT. Hal ini karena menurut Bambang, EBT bisa menjadi solusi jangka panjang, baik untuk kepentingan mitigasi perubahan iklim maupun sebagai langkah mengurangi ketergantungan pada ekspor minyak dari luar.

Tak hanya itu, Bambang juga meminta pemerintah mempersiapkan hilirisasi dan hulurisasi energi, seiring dengan tetap mempersiapkan BBM yang berkualitas dan terjangkau dengan daya beli masyarakat.

Skema Harga BBM Nonsubsidi Ikut Mekanisme Pasar dan Keekonomian

Penyediaan Penggantian dan Battery Swapping Station di SPBU
Petugas SPBU melayani pengendara mobil di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Battery Swapping Station SPBU Pertamina, MT. Haryono, Jakarta, Senin (7/11/2022). Sejak pemerintah resmi menaikkan harga BBM mulai dari pertalite, solar dan pertamax, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) sebagai alternatif kendaraan kembali ramai dibicarakan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, harga minyak dunia terus melambung hingga di atas USD 90 per barel saat ini. Imbas dari kondisi ini dipastikan mempengaruhi harga BBM nonsubsidi.

Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS) Ali Ahmudi Achyak menjelaskan secara umum, komponen harga dasar BBM terdiri atas biaya perolehan, biaya penyimpanan dan distribusi, serta proyeksi margin. Biaya perolehan merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan BBM.

"Sedangkan, biaya penyimpanan dan distribusi merupakan biaya yang dibutuhkan untuk mendistribusikan BBM ke konsumen di seluruh wilayah Indonesia," ujar dia melansir Antara, Minggu (1/10/2023).

Hal itu karena pembentukan harganya harus menyesuaikan dengan mekanisme pasar dan sisi keekonomian. "Salah satunya harus menyesuaikan dengan komponen harga dasar BBM, termasuk fluktuasi harga minyak dunia," tambahnya.

Dia pun menilai hal yang wajar jika ada penyesuaian harga BBM agar tak menimbulkan kerugian bagi perusahaan penyedia BBM, seperti PT Pertamina (Persero) dan lainnya.

 

Terkait biaya perolehan BBM, lanjut Ali, acuan yang digunakan adalah harga indeks pasar BBM yang dipengaruhi oleh harga ICP (Indonesia Crude Price).

Saat ini, rerata tahun 2023 ICP bisa mencapai 90 dolar AS per barel, sehingga rata-rata harga indeks pasar BBM berada di atas level USD 100 per barel.

Ali menuturkan secara alamiah dan mengikuti hukum ekonomi, terkait dengan BBM nonpenugasan, seharusnya badan usaha bisa menerapkan harga fluktuatif sesuai mekanisme pasar dan pergerakan harga minyak dunia.

Namun, tingginya tingkat kerumitan dan potensi adanya gejolak membuat badan usaha lebih memilik metode "smooth" dalam pengaturan harga.

"Sebenarnya, itu tidak ada masalah asalkan proyeksi harga berdasarkan model berbasis forecasting bisa dilakukan dengan baik, data valid dan proyeksi yang akurat," ungkap Ali.

Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menjelaskan komponen utama dalam penentuan harga BBM badan usaha adalah BBM itu sendiri. Kemudian, ada biaya transportasi atau distribusi serta margin perusahaan.

"Mengingat BBM kita sebagian besar impor, secara otomatis harga BBM nonsubsidi domestik mengikuti harga pasar BBM dunia. Secara langsung, harga BBM domestik mengikuti harga rata-rata BBM Platts Singapura," ujarnya.

 

Harga BBM Terbaru di SPBU Pertamina 1 Oktober 2023, Pertamax Naik Jadi Rp 14.000

20170105-BBM-Naik-AY1
Papan petunjuk BBM yang berada di SPBU, Jakarta, Kamis (5/1). Penetapan harga BBM Umum jenis Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite dan Pertalite merupakan kebijakan korporasi Pertamina. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, PT Pertamina (Persero) mengubah harga BBM nonsubsidi per 1 Oktober 2023. Harga BBM naik hari ini untuk sejumlah jenis bahan bakar yang dijual di SPBU Pertamina seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Pertamax Green 95.

Sedangkan harga BBM Pertamina jenis Pertalite yang merupakan BBM subsidi tetap dipatok Rp 10.000 per liter. 

Dilansir dari laman resmi Pertamina, Minggu (1/10/2023), harga BBM Pertamax resmi dinaikkan menjadi Rp 14.000 jika dibandingkan dengan periode September yang dijual Rp 13.300 per liter untuk wilayah Aceh, Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur).

Selain itu, Pertamax Turbo juga mengalami kenaikan menjadi Rp 16.600 per liter dari sebelumnya Rp 15.900 per liter. Lalu, harga BBM Dexlite juga naik menjadi Rp 17.200 per liter dari sebelumnya Rp 16.350 per liter.

Hal yang sama kenaikan juga terjadi untuk harga Pertamina DEX menjadi Rp 17.900 perliter dari sebelumnya Rp 16.900 per liter. Kemudian, harga Pertamax Green 95 dari Rp 15.000 per liter menjadi Rp 16.000 per liter.

Pertamina juga menawarkan BBM jenis baru yaitu Pertamax Green 95. Pertamax ini adalah BBM yang ada kandungan ethanol. Saat ini Pertamax Green 95 baru dijual terbatas yaitu di DKI Jakarta dan Jawa Timur. Untuk harga Pertamax Green 95 dibanderol Rp 16.000 per liter, atau mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 15.000 per liter.

 

Infografis Pergulatan dan Wacana Pertamax Jadi BBM Bersubsidi Gantikan Pertalite. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Pergulatan dan Wacana Pertamax Jadi BBM Bersubsidi Gantikan Pertalite. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya