Jokowi Kasih Bocoran, Produk Tak Ramah Lingkungan Bakal Sulit Laku

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, semua negara saat ini tengah mendorong investasi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Indonesia juga dimintanya jangan sampai ketinggalan, karena produk yang tidak ramah lingkungan nantinya bakal ditinggalkan.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 07 Des 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 07 Des 2023, 13:00 WIB
Presiden Jokowi Resmikan Pengoperasian PLTS Terapung Cirata
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, semua negara saat ini tengah mendorong investasi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Indonesia juga dimintanya jangan sampai ketinggalan, karena produk yang tidak ramah lingkungan nantinya bakal ditinggalkan. (kanan).

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, semua negara saat ini tengah mendorong investasi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Indonesia juga dimintanya jangan sampai ketinggalan, karena produk tak ramah lingkungan nantinya bakal ditinggalkan.

"Oleh sebab itu, yang green economy harus ditangkap, yang namanya blue economy investasinya segera kejar," pinta Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2023 di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

"Karena ke depan akan sangat sulit produk-produk yang berkaitan tidak ramah lingkungan bisa diterima di banyak negara. Sehingga kita menyiapkan industri-industri yang ramah lingkungan," imbuhnya.

Jokowi menyampaikan, saat ini semua investor tengah mengejar investasi hijau. Salah satunya sektor energi panas bumi atau geothermal yang saat ini kian digandrungi para investor.

"Misalnya yang berkaitan dengan geothermal yang baru sebulan-dua bulan ini melompat banyak saham di bursa kita. Melompat sampai 7 kali, melompat sampai 10 kali, gara-gara dia berada di lingkaran green energy," ungkapnya.

"Banyak investor yang mengejar ke ini, geothermal. Solar panel power plant, hydropower, ini investasi ke depan yang sangat menjanjikan," kata Jokowi seraya memberikan bocoran.

Daya Saing Indonesia

Lebih lanjut, Jokowi juga bersyukur posisi Indonesia dalam peringkat daya saing antar negara versi IMD di 2023 bisa melompat dari ranking 44 ke 34. Namun, ia menyebut itu masih jauh di bawah sejumlah negeri tetangga.

Sebut saja Thailand yang berada di posisi 30 World Competitiveness Ranking, juga Malaysia di ranking 27. Terlebih jika dibandingkan dengan Singapura yang masuk jajaran 5 besar dunia.

"Kalau dibandingkan dengan Singapura, jauh lagi Singapura di rangking ke-4. Tapi kita ya sudah baik, tapi tetap harus bekerja keras untuk mengejar agar ranking kita semakin baik," pungkas Jokowi.

Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi, Jokowi: Semua Negara Butuh Investasi!

Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga saat ini belum menerima surat pengunduran diri Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy Hiariej.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga saat ini belum menerima surat pengunduran diri Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy Hiariej. (Merdeka)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan kembali soal pentingnya investasi di Indonesia. Ia menyebut bahwa semua negara membutuhkan investasi, sebab hal itu merupakan kunci pertumbuhan ekonomi di sebuah negara.

"Saya ingin mengulang lagi bahwa semua negara saat ini butuh yg namanya investasi karena kunci pertumbuhan ekonomi sebuah negara saat ini sangat sulit sekali menaikkan konsumsi masyarakat bukan hal yang gampang menaikkan ekspor bukan hal yang gampang. Naik sedikit saja sangat sulit," kata Jokowi dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi, Jakarta, Kamis (7/12).

Pergerakan Investasi

Jokowi menyebut adanya pergerakan investasi di dalam negeri bisa membuka kesempatan kerja bagi masyarakat dan juga mendatangkan penerimaan negara dan daerah.

"Tapi yang dikejari-kejar semua negara saat ini adalah hanya satu, investasi. Dan kita juga sama kita ingin buka kesempatan kerja yang selebar-lebarnya bagi rakyat kita. Oleh sebab itu sekali lagi investasi harus terus tumbuh, karena juga investasi akan mendatangkan penerimaan negara, mendatangkan penerimaan negara dan juga penerimaan daerah," tegasnya.

Selain membuka kesempatan kerja, Kepala Negara itu bilang, investasi juga mendatangkan penerimaan negara. Diantaranya mulai dari pajak badan pajak penghasilan perorangan, pajak penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

"Banyak yang bertanya, pak investasi itu selain kesempatan kerja apa sih? Penerimaan negara. Karena PPh badan pasti kita dapat, PPh karyawan pasti kita dapat, bea ekspor, PNBP, kalau kita ikut masuk saham, berarti juga dapat dividen setiap tahunnya," jelasnya.

"Sering saya tekankan bahwa, investor itu didorong untuk bekerja sama ber-partner dengan pengusaha-pengusaha nasional. Yang kedua berpartner dengan pengsuaha-pengusaha daerah, seberapapun sahamnya, tapi pengusaha daerah ada, pengusaha nasional ada," pungkasnya.

Bahlil Minta Tukin PNS Bawahannya Selevel Ditjen Pajak, Jokowi Bilang Begini

Menteri Investasi/Kepala BKP  Bahlil Lahadalia menyebut media terlalu membesar-besarkan kisruh mengenai konflik di Pulau Rempang.
Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut media terlalu membesar-besarkan kisruh mengenai konflik di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, merayu Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar tunjangan kinerja alias tukin PNS jajarannya bisa dinaikan selevel para PNS di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan.

Dari aspirasi bawahannya di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMTPSP) dan Kementerian Investasi/BKPM, Bahlil berterimakasih lantaran mereka sudah tidak lagi dinomortigakan soal pemberian dana alokasi khusus (DAK).

"DAK bapak juga sudah kasih, namun ada persoalan satu, DAK sudah, tapi kami punya kesejahteraan masih kurang pak. Mereka punya Tukin pak," ujar Bahlil disambut gelak tawa dan tepuk tangan dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2023 di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

Bahlil lantas membandingkannya dengan para PNS di Ditjen Pajak Kementerian Keuangan. Seperti diketahui, salah satu kelompok aparatur sipil negara penerima tunjangan kinerja terbesar berasal dari DJP.

"Tapi mereka-mereka yang ada di depan saya ini, kata mereka kenapa yang nerima pajak aja tukinnya tinggi. Tapi yang mendatangkan (pemasukan negara dalam bentuk investasi) kok enggak datang-datang barang ini pak. Jadi, kata mereka yang menerima pajak apanya yang mau dipetik kalau pohon dan buahnya enggak pernah dibawa masuk ke dalam negeri," ungkapnya.

"Kemudian mereka (bawahannya) juga bilang sama saya, yang tukang petik kan enggak pernah tahu susahnya bagaimana merayu orang untuk masuk. Kok yang bagian merayu dan bagian metik, yang bagian metik lebih dapat banyak daripada yang merayu ini," imbuh Bahlil.

 

 

Respons Jokowi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Ben Mboi, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (6/12/2023). (Istimewa)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Ben Mboi, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (6/12/2023). (Istimewa)

Oleh karenanya, Bahlil memohon kebijaksanaan Jokowi agar setelah dirinya meninggalkan jabatan tersebut, ia sudah bisa melepas uneg-uneg jajarannya soal permintaan tukin naik.

"Karena bagi kami seperti yang bapak ajarkan, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau memperjuangkan anggota dan bawahannya. Jangan tepuk tangan terus, saya tidak capres dan cawapres," ujar Bahlil seraya menanggapi tepuk tangan meriah para bawahannya.

Menanggapi permintaan tersebut, Presiden Jokowi mengamini bahwa Bahlil sudah membicarakan hal itu sebelumnya. RI 1 bersedia menyanggupi permintaan tersebut, namun ia menyinggung Bahlil terkait cara penyampaiannya.

"Tadi sebetulnya di ruang tunggu pak Menteri sudah bisik-bisik saya urusan tukin. Dan sudah saya sanggupi, ya, saya urus. Tapi yang saya enggak senang, kok diungkap secara terbuka. Tapi enggak apa-apa, biar bapak/ibu semua tahu kita juga urus hal yang berkaitan dengan kesejahteraan," tuturnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya