Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia mencapai 0,37 persen pada Februari 2024 secara bulanan atau secara month to month (mtm). Angka inflasi ini lebih tinggi dari Januari 2024Â sebesar 0,04 persen.
Inflasi pada Februari 2024 mencapai 2,75 persen secara tahunan atau year on year. Laju inflasi ini juga lebih tinggi dibandingkan periode Februari 2022 yang mencatatkan deflasi sebesar 0,02 persen.
Baca Juga
"Pada Februari 2024 terjadi peningkatan indeks harga konsumen atau IHK, dari 105,19 pada Januari 2024 menjadi 105,58 pada Februari 2024. Tingkat inflasi bulanan Februari 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/3/2024).
Advertisement
Habibullah menuturkan, kelompok pengeluaran inflasi bulanan terbesar disumbang makanan minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,00 persen. Adapun, terhadap andil inflasi mencapai 0,29 persen.
Sementara itu, komoditas utama penyumbang inflasi terbesar pada Februari 2024 adalah beras dengan andil inflasi 0,21 persen. Selanjutnya, ada komoditas cabai merah dengan andil Inflasi sebesar 0,09 persen.
"Lalu, telur ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen, serta komoditas daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen," kata dia.Â
Di sisi lain, BPS mencatat terdapat komoditas yang memberikan andil deflasi pada Februari 2024. Misalnya bawang merah dengan andil deflasi sebesar 0,04 persen, tomat dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen, serta cabai rawit dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen.
Berdasarkan sebarannya, inflasi Februari 2024Â dengan inflasi tertinggi sebesar 1,17 persen terjadi di Sumatera Barat. Sementara deflasi terdalam terjadi di Maluku sebesar 1,19 persen.
Â
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Sulit Dapat Beras Premium
Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengaku kesulitan untuk memperoleh kualitas beras premium menjelang bulan puasa Ramadan. Selain langka, harga beras premium juga mengalami kenaikan tajam dari sebelumnya.
Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan mencatat, saat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Reynaldi mengungkap, kelangkaan hingga kenaikan harga beras premium ini disebabkan mundurnya musim tanam akibat El-Nino hingga program bantuan sosial. Sehingga, mempengaruhi produksi padi di saat musim panen.
"Kemudian tahun lalu produksi nya terbatas sehingga konsumsi tinggi yang terjadi ialah ketidakseimbangan antara supply and demand (pasokan dan permintaan," imbuhnya.
Â
Advertisement
BI Waspadai Beras Picu Inflasi
Sebelumnya diberitakan, Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung, mengatakan inflasi di dalam negeri harus tetap dijaga, karena biasanya dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan (volatile food), terutama komoditas beras.
"Kalau core inflation kami sudah nyaman tapi memang volatile food perlu kita harus waspadai bersama, terutama beras," kata Juda Agung dalam acara Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2024).
Selain komoditas beras, yang menjadi perhatian lainnya adalah komoditas pangan musiman seperti cabai dan bawang, baik itu bawang merah maupun bawang putih.
"Dan yang selalu musiman cabai bawang, terutama beras karena beri dampak signifikan kepada daya beli masyarakat," ujarnya.
Diketahui, akhir-akhir ini isu beras yang langka dan mahal sedang hangat diperbincangkan. Lantaran, harga beras sudah melewati Harga Eceran Tertinggi (HET).
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras secara rata-rata nasional Per 29 Februari 2024, untuk beras Medium di kisaran Rp 15.900 per kg, dan beras Premium Rp 17.250 per kg.
Â
Â
Inflasi Inti
Adapun dilansir dari laman Bank Indonesia, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 tercatat sebesar 2,57 persen (yoy) menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,61 persen (yoy) sehingga tetap berada dalam kisaran 2,5±1 persen.
Penurunan inflasi terjadi pada inflasi inti, sebagai hasil nyata konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia yang pro-stability serta sinergi erat kebijakan Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Inflasi inti menurun dari 1,80 persen (yoy) pada Desember 2023 menjadi 1,68 persen (yoy) pada Januari 2024, dipengaruhi oleh imported inflation yang rendah sejalan dengan tetap stabilnya nilai tukar Rupiah, ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, serta kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik.
Sementara, inflasi administered prices relatif stabil sebesar 1,74 persen (yoy). Sementara itu, inflasi volatile food meningkat menjadi 7,22 persen (yoy), terutama pada komoditas beras dan bawang karena dampak El-Nino, faktor musiman, dan bergesernya musim tanam.
Â
Advertisement