Rupiah Tergelincir usai Rilis Data Kinerja Ekonomi AS

Rupiah kembali ditutup melemah 22 point dalam perdagangan akhir pekan pada Jumat, 26 April 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Apr 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2024, 19:00 WIB
Rupiah Menguat 12 Poin atas Dolar
Teller menghitung lembaran mata uang dolar AS di penukaran mata uang, Jakarta, Kamis (13/4). Bank Dunia memandang nilai tukar rupiah menjadi salah satu mata uang yang cukup stabil dibandingkan dengan mata uang lain. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) lanjut menguat menjelang akhir bulan pada Jumat, 26 April 2024.

Penguatan USD menyusul laporan Departemen Perdagangan AS yang menunjukka bahwa produk domestik bruto negara itu tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,6% pada periode kuartal pertama 2024.

Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memaparkan, data pertumbuhan ekonomi AS di kuartal I lebih lambat dari tingkat pertumbuhan 2,4% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Data ekonomi itu juga menunjukkan bahwa inflasi AS, yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti naik 3,7% pada kuartal pertama, melampaui perkiraan kenaikan 3,4%.

Kejutan inflasi menempatkan fokus yang lebih besar dari biasanya pada rilis data indeks harga PCE untuk bulan Maret pada hari Jumat, jelas Ibrahim.

Indeks PCE, dan indeks PCE inti yang memperhitungkan harga pangan dan energi merupakan salah satu ukuran paling penting yang digunakan oleh The Fed dalam mengukur perilaku harga. Seperti diketahui, inflasi AS masih berada di atas target The Fed sebesar 2%.

Di Asia, investor kini memperkirakan pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) pada hari Jumat (26/4) tidak akan cukup hawkish untuk mendukung YenJepang.

"Investor memperkirakan level dolar/yen 155 akan menjadi batasan bagi otoritas Jepang, di mana BOJ dapat melakukan intervensi untuk menopang mata uang tersebut," kata Ibrahim dalam paparan tertulis pada Jumat (26/4/2024).

Alat FedWatch CME Group menunjukkan, setelah rilis data ekonomi AS pasar suku bunga berjangka AS saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga Fed sebesar 58% pada bulan September mendatang, turun dari 70% pada hari Rabu (24/4).

Rupiah Kembali Tergelincir pada Jumat, 26 April 2024

Rupiah kembali ditutup melemah 22 point dalam perdagangan akhir pekan, walaupun sebelumnya sempat melemah 50 point dilevel Rp. 16.210 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.187.

"Sedangkan untuk perdagangan senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 16.180 - Rp.16.260," Ibrahim memperkirakan.

APBN Masih Terjaga dan Surplus di Maret 2024

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati  dalam konferensi pers: PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal , Senin (6/11/2023). Tasha/Liputan6.com)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers: PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal , Senin (6/11/2023). Tasha/Liputan6.com)

Di dalam negeri, Menteri Keuangan (Kemenkeu) Sri Mulyani mengatakan, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terjaga dalam posisi surplus hingga Maret 2024.

APBN pada kuartal pertama 2024 terlihat positif meskipun tetap waspada karena kondisi geopolitik meningkat.

Sedangkan, posisi total dari APBN masih surplus Rp 8,1 triliun atau 0,04 persen dari GDP, dari sisi keseimbangan primer surplus Rp Rp 122,1 Triliun. Kemudian, kinerja surplus itu terjadi karena pendapatan negara lebih besar dibandingkan belanja APBN.

 

Pendapatan Menurun 4,1%

Adapun pendapatan yang telah terkumpul Rp 620,01 triliun atau setara 22,1 persen pada kuartal pertama 2024, dari target Rp 2.802,3 Triliun.

"Jika dibandingkan periode tahun sebelumnya, pendapatan ini menurun 4,1 persen. Sementara dari sisi belanja negara sekitar Rp 611,9 triliun atau setara 18,4 persen dari pagu belanja tahun ini sebesar Rp 3.325,1 triliun yang sudah dibelanjakan. Sehingga jika penerimaan negara telah terkumpul 22 persen dari target, maka belanja negara sudah direalisasikan 18,4 persen dalam satu kuartal ini," papar Ibrahim.

Ia melanjutkan, jika dilihat belanja pada kuartal pertama ini yaitu Januari sampai Maret 18 persen, kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya," ini berarti memang ada belanja-belanja yang cukup front loading seperti penyelenggaraan pemilu".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya