Sri Mulyani Bertemu Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam, Bahas Apa?

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menuturkan, pertemuan dengan Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam merupakan suatu kehormatan dan hak Istimewa.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Jul 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 08:00 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bertemu dengan Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam. (Foto: instagram @smindrawati)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bertemu dengan Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam. (Foto: instagram @smindrawati)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bertemu dengan Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam secara langsung di Singapura. Pertemuan tersebut, Menkeu bagikan melalui media sosial pribadi miliknya @smindrawati, dikutip, Senin (22/7/2024).

"Excellent quality of weekend..! Sabtu (20/7) pagi, saya mendapat kesempatan berharga dan luar biasa untuk dapat bertukar pikiran bersama Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam @tharman.sg," tulis Sri Mulyani.

Menurut bendahara negara ini, pertemuan tersebut merupakan suatu kehormatan dan hak istimewa lantaran mendapat kesempatan yang sangat berharga bisa berdiskusi dengan Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam. "Mendapat kesempatan yang sangat berharga mendengar pandangan beliau dan bertukar pikiran," ujarnya.

Adapun dalam dialognya bersama Presiden Singapura, kata Sri Mulyani pihaknya membahas berbagai tantangan ekonomi dan keuangan dunia, serta tantangan kerjasama multilateral dunia saat ini dan ke depan dalam situasi geopolitik yang berubah dinamis dan sangat menantang saat ini.

"It’s truly an honor for me and highly appreciate for the generous time and opportunity to hear Presiden Tharman Shanmugaratnam’s valuable insights," ujar Sri Mulyani.

Dalam kunjungannya ke Singapura, Sri Mulyani memang diminta untuk menjadi external advisor untuk proses konsultasi dalam rangka memperingati 80 tahun The United Nations Monetary and Finance Conference.

"Tukar pikiran ini bermanfaat bagi saya yang saat ini diminta menjadi external advisor untuk proses konsultasi dalam rangka memperingati 80 tahun The United Nations Monetary and Finance Conference (the “Bretton Woods Conference”) sejak awal Juli 2024," pungkasnya.

 

 

Sri Mulyani Pamer Penerimaan Pajak Selalu Naik

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati  dalam konferensi pers: PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal , Senin (6/11/2023). Tasha/Liputan6.com)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers: PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal , Senin (6/11/2023). Tasha/Liputan6.com)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan untuk membangun negara yang sejahtera dan adil diperlukan dukungan penerimaan pajak yang baik.

"Kita semua mengetahui bahwa untuk bisa terus menjaga Republik Indonesia, membangun negara ini, negara dan bangsa kita, cita-cita yang ingin kita capai, ingin menjadi negara maju, ingin menjadi negara yang sejahtera, adil, tidak mungkin bisa dicapai tanpa penerimaan pajak suatu negara," kata Sri Mulyani dalam sambutannya di acara Spectaxcular 2024, di GBK, Jakarta, Minggu (14/7/2024).

Bendahara negara ini menyebut, pajak merupakan tulang punggung dan sekaligus instrumen yang sangat-sangat penting bagi sebuah bangsa dan negara untuk mencapai cita-citanya.

"Oleh karena itu, kita semuanya di Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak, terus melakukan tanggung jawab dan tugas ini harus dengan sepenuh hati," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani menyampaikan terkait perkembangan penerimaan negara yang setiap masa terus membaik, hal itu dilihat dari pencapaian penerimaan pajaknya.

"Saya senang mendengar tadi disampaikan oleh Pak Suryo bahwa Direkturat Jenderal Pajak terus melakukan perbaikan, penguatan yang berkelanjutan. Setiap masa selalu ada inisiatif untuk memperbaiki diri," ujarnya.

 

Rincian Penerimaan Pajak

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Kamis (27/6/2024). (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Kamis (27/6/2024). (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

Menkeu merinci, misalnya pada 1983 penerimaan pajak di Indonesia masih Rp13 triliun. Kemudian memasuki era reformasi tahun 1999 penerimaan pajak menjadi Rp400 triliun. Bahkan, untuk tahun 2024 penerimaan pajak ditargetkan sebesar Rp1.988,9 triliun.

Menurut Menkeu, dalam proses mencapai target penerimaan pajak tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari sektor keuangan yang terganggu, perubahan iklim, bencana alam, hingga faktor pesatnya perkembangan digitalisasi.

"Kita menghadapi krisis keuangan di Indonesia, krisis keuangan global. Di setiap naik, turun, gejolak atau sedang terjadi boom kita semua bertanggung jawab. Kementerian Keuangan, Direkturat Jenderal Pajak, dalam susah, dalam senang, dalam ups and downs Anda adalah institusi yang diandalkan," pungkasnya.

 

Kepatuhan Pajak Jadi Kunci Tingkatkan Penerimaan Negara

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Kepala Departemen Hukum Bisnis dan Perpajakan Monash University John Bevacqua mengatakan, kepatuhan pajak merupakan hal penting dalam meningkatkan penerimaan negara.

"Kepatuhan jelas merupakan landasan dari sebagian besar tindakan, khususnya di bidang administrasi perpajakan," kata John dalam the Launching Event of the Indonesian Tax Center in Australia (INTACT AUS) yang diselenggarakan DJP, secara virtual, Jumat (12/7/2024).

Kata Bevacqua, Pemerintah Australia sangat mendorong peningkatan kepatuhan pajak sukarela. Lantaran, hal itu akan meningkatkan kepercayaan antara otoritas pajak dengan wajib pajak.

"Di Australia kepatuhan sukarela terus didorong untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara otoritas pajak dan wajib pajak," ujarnya.

Menurut dia, dengan adanya kepatuhan pajak maka Otoritas pajak memiliki wewenang secara tepat dan memadai untuk bisa memastikan mereka yang tidak secara sukarela mematuhi aturan akan dipaksa untuk patuh bayar pajak.

Oleh karena itu, Pemerintah Australia setiap tahunnya terus mendorong para wajib pajak agar melakukan hal yang benar sejak awal daripada membuat kesalahan atau menghilangkan pendapatan atau membayar jumlah pajak yang tepat, tidak lebih dan tidak kurang.

"Demikian untuk memastikan bahwa jika mereka berada di titik puncak melakukan kesalahan, maka mereka diberitahu tentang hal tersebut atau jika mereka mungkin akan melakukan kesalahan.  mereka terdorong untuk memperbaiki keadaan dan diingatkan untuk memperbaiki laporannya," ujar dia.

Dia menilai, kepatuhan pajak seringkali menjadi masalah yang dialami setiap negara dalam meningkatkan penerimaan negaranya, termasuk Australia dan Indonesia.

"Jadi, inilah beberapa hal yang menurut saya merupakan permasalahan inti yang menjadi agenda utama saat ini dan sangat penting dalam lanskap perpajakan Australia dan menurut saya memunculkan peluang kolaborasi yang sangat luas dan beragam serta menarik," pungkasnya.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya