Liputan6.com, Jakarta - CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk telah mengejek George Soros dan putranya Alex Soros karena mengalihkan dukungan kepada Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Haris dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS. Hal ini setelah Presiden AS Joe Biden mundur dari Pilpres AS 2024.
Mengutip Times of India, Selasa (23/7/2024), Alex Soros yang mengikuti jejak sang ayah George Soros menjelaskan kalau Kamala Harris sebagai pilihan “terbaik” untuk mengalahkan mantan Presiden AS Donald Trump saat Pilpres 2024.
Advertisement
Baca Juga
"Ini waktunya bagi kita bersatu mendukung Kamala Harris dan kalahkan Donald Trump. Panjang umur impian warga AS,” tulis Alex Soros yang diunggah di media sosial X yang dahulunya bernama Twitter, dengan foto dia bersama Harris.
Advertisement
Hal itu mendapatkan respons dari Elon Musk. "Saya berterima kasih kepada Alexander Soros karena tidak membuat semua orang penasaran tentang siapa boneka selanjutnya,” ujar Elon Musk.
Kamala Harris (59) telah menerima endorsemen dari sejumlah sosok terpengaruh Partai Demokrat dan mendorong pengumuman dia sebagai kandidat. Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro, Senator dari Minnesota Amy Klobuchar, dan mantan Sekretaris Buruh, Robert Reich memberikan dukungan terhadap Kamala Harris.
Namun, tidak semua sosok Partai Demokrat terkemuka secara eksplisit mendukung Kamala Harris. Mantan Presiden AS Barack Obama meski memuji pilihan Biden, menarik diri untuk tidak memberikan dukungan khusus kepada Kamala Harris. Berbagai tanggapan dari para pemimpin Partai Demokrat menyoroti beragamnya pendapat dalam partai mengenai pemilihan presiden (Pilpres AS) yang akan datang.
Kamala Harris Sudah Punya Donor Jumbo untuk Maju Pilpres AS
Sebelumnya, Wakil Presiden Kamala Harris dikabarkan sudah mendapat dukungan pendanaan dalam jumlah besar untuk pencalonan presiden dalam Pilpres AS 2024.
Sejumlah sumber menyebut, pendanaan tersebut berasal dari bantuan para pendonor yang telah membantunya dalam pilpres AS sebelumnya.
"Saya telah berhubungan dengan banyak pendukungnya dari New York hingga California dan kami sedang bersiap untuk memulai mesin penggalangan dana," kata Jon Henes, ketua keuangan nasional Kamala Harris selama pencalonannya dalam Pilpres 2020, dikutip dari CNBC International, Senin (22/7/2024).
"Saya menerima lebih dari 200 SMS, telepon, dan email hari ini tentang orang-orang yang ingin mengadakan acara dan memberikan donasi," bebernya.
Di antara penggalang dana partai terkemuka yang sekarang berencana membantu kampanye Kamala Harris adalah eksekutif lama Wall Street, Marc Lasry, menurut seseorang sumber.
Sebelumnya, Lasry telah membantu mengumpulkan dana untuk Harris ketika dia mencalonkan diri di pemilihan pendahuluan Partai Demokrat tahun 2020.
Lasry kemudian mengumpulkan uang kampanye untuk Biden ketika dia mengalahkan Trump selama siklus pemilu tersebut
Advertisement
Kumpulan Dana Lainnya
Namun bukan hanya para donatur besar yang mengungkapkan dukungan pada Harris.
Platform donasi progresif ActBlue awalnya mengatakan, mereka mengumpulkan USD 27,5 juta atau Rp.446,2 miliar dari donatur dalam jumlah kecil setelah Biden mencalonkan Harris.
Kemudian, perusahaan mengumumkan telah mengumpulkan lebih dari USD 45 juta atau Rp.730,1 miliar.
Tak lama setelah dukungan tersebut, tim kampanye Biden untuk Presiden mengajukan dokumen kepada Komisi Pemilihan Umum Federal untuk mengubah namanya menjadi "Harris untuk Presiden."
Pemodal ventura Reid Hoffman juga berencana untuk menyumbang pencalonan Harris dalam Pilpres AS 2024, menurut seorang sumber.
Hoffman sendiri telah menyumbangkan setidaknya USD 10 juta untuk mendukung komite aksi politik Biden sejauh pemilu ini, menurut catatan Komisi Pemilihan Federal.
Hoffman mendukung Harris dalam postingan media sosial. Juru bicara Hoffman menolak berkomentar.
Kemungkinan Dapat Akses Dana Kampanye Joe Biden
Adapun manajer investigasi di pusat penelitian keuangan kampanye OpenSecrets, Anna Massoglia menyebutkan bahwa Harris kemungkinan bisa mendapatkan akses langsung ke dana sumbangan kampanye Biden yang berjumlah sekitar USD 96 juta atau Rp.1,5 triliun.
"Konsensus umum di antara sebagian besar orang yang saya ajak bicara adalah bahwa dia dapat menggunakan dana tersebut," kata Massoglia.
Massoglia mencatat bahwa beberapa pengacara pemilu yang konservatif percaya bahwa Harris perlu secara resmi menjadi calon dari Partai Demokrat sebelum mendapatkan akses penuh ke dana kampanye, meskipun dia menambahkan bahwa hal tersebut hanya mewakili "sebagian kecil" pendapat para pengacara.
Advertisement