Pembiayaan Rumah Masih Moncer Meskipun Bunga KPR Tinggi

Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,25 persen pada Juli 2024. Sejumlah pihak menilai kebijakan itu tidak akan berdampak terhadap suku bunga KPR.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Agu 2024, 15:20 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2024, 15:20 WIB
Pangsa Pasar KPR Subsidi BTN Melejit
Suasana proyek pembangunan perumahan subsidi BTN di Kawasan Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/2/2022). PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) memacu penyaluran Kredit Pembiayaan Rumah Sejahtera Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR Sejahtera FLPP). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pembiayaan rumah pada 2024 menghadapi tantangan dengan tingginya suku bunga pinjaman yang mempengaruhi akses masyarakat terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Terlebih lagi, kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk tahun ini turun signifikan menjadi hanya 166.000 unit rumah subsidi dari 229.000 unit rumah subsidi pada 2023.

Meskipun demikian, Consumer Financing Business Division Head Bank Mega Syariah, Raksa Jatnika Budi, tetap optimistis bahwa pembiayaan rumah dapat tumbuh positif hingga akhir tahun.

Menurut dia, prospek pembiayaan rumah masih besar, didorong oleh minat investasi masyarakat dan tingginya backlog perumahan dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga di Indonesia.

"Target pertumbuhan pembiayaan rumah hingga Desember 2024 adalah lebih dari 15-20 persen secara tahunan. Strategi yang digunakan untuk mencapai target tersebut meliputi pemilihan segmen nasabah yang tepat, percepatan proses layanan, penawaran harga spesial, dan program-program menarik lainnya," ujar Raksa, Kamis (8/8/2024).

Sebagai gambaran, ia menyebut outstanding pembiayaan rumah Bank Mega Syariah tumbuh 8,16 persen (hingga Juli 2024) dibandingkan 2023. Selama tiga tahun terakhir (2021-2023), pembiayaan rumah tumbuh rata-rata 25 persen secara tahunan (yoy).

Seperti diketahui, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,25 persen pada Juli 2024. Sejumlah pihak menilai kebijakan itu tidak akan berdampak terhadap suku bunga KPR.

Seperti dilontarkan ekonomi BCA, David Summual. Ia mencontohkan, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 275 basis poin (bps) sejak Agustus 2022, tetapi suku bunga KPR nasional rata-rata turun sekitar 50 basis poin. “Tidak ada pengaruhnya sejauh ini,” ujar David saat dihubungi Liputan6.com beberapa waktu lalu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Persaingan Ketat

Rumah Subsidi KPR BTN Naik
Kenaikan harga rumah subsidi FLPP ini akan tetap menjaga momentum pertumbuhan KPR Subsidi untuk tahun 2024. (merdeka.com/Imam Buhori)

David menilai, keputusan BI tersebut tidak terpengaruh ke suku bunga KPR seiring tingkat persaingan di pasar KPR yang cukup ketat. Ia mengatakan, bank dan multifinance masuk ke bisnis KPR. Dengan demikian, David menuturkan, suku bunga KPR akan tetap.

Hal senada juga disampaikan pengamat ekonomi dan perbankan Doddy Ariefianto. Ia menuturkan, suku bunga acuan BI tetap 6,25 persen tidak berdampak terhadap KPR. Doddy menuturkan,dampak suku bunga acuan terhadap bunga kredit termasuk KPR cenderung lebih lambat ketimbang tabungan, deposito dan giro.

"Simpanan, deposito, dan giro itu paling cepat mengikuti suku bunga acuan, sekitar satu bulan hingga tiga bulan. Kalau kredit agak lambat karena kredit punya kontrak termasuk KPR. Misalkan bank tawarkan bunga fixed lima tahun untuk menarik nasabahnya. Kalau ada penyesuaian suku bunga acuan BI, bunga kredit tidak langsung mengikuti,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Apalagi suku bunga acuan BI tetap 6,25 persen, Doddy menuturkan, hal itu tidak berdampak terhadap bunga KPR.

 


Prediksi Suku Bunga

Rumah Subsidi KPR BTN Naik
Bank Tabungan Negara (BTN) semakin kreatif dalam memfasilitasi masyarakat untuk memiliki rumah, termasuk ketika harga rumah bersubsidi diputuskan naik. (merdeka.com/Imam Buhori)

Terkait prediksi suku bunga acuan hingga akhir 2024, Doddy mengatakan, hal itu akan melihat kondisi inflasi dan nilai tukar rupiah. Ia prediksi, inflasi akan relatif stabil hingga akhir 2024. Inflasi yang relatif stabil menurut Doddy didukung upaya pemerintah membangun infrastruktur dan ada tim pengendalian inflasi daerah (TPID). “Inflasi selama 10 tahun dipertahankan single digit. Inflasi akan berada di kisaran 2,7 persen-3 persen,” kata dia.

Namun, yang menjadi perhatian Doddy yakni nilai tukar rupiah. Rupiah sempat alami depresiasi hingga 16.500 pada Juni 2024. Doddy menuturkan, hal itu didorong isu ada rencana kenaikan rasio utang. “Investor khawatir jika diberikan pinjaman apakah pinjaman tersebut dapat diputar dan dikembalikan. Hal itu menekan rupiah,” kata dia.

 


Tergantung Fed

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta mengatakan, ada potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut tergantung kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

"Salah satu target the Fed akan melakukan kebijakan pelonggaran moneter, maka dari itu Bank Indonesia akan memangkas suku bunga awal kuartal IV tahun ini,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya