Menguat, Rupiah Tembus 15.100 per USD Hari Ini 20 September 2024

Rupiah diperkirakan akan fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp.15.070 - Rp.15.180.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Sep 2024, 19:59 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2024, 19:45 WIB
nilai rupiah melemah terhadap dollar
Petugas menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah kembali menguat menjelang akhir pekan pada Jumat, 19 September 2024.

Kurs Rupiah ditutup menguat 89 poin terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada Jumat (20/9), setelah sempat menguat 155 point dilevel Rp.15.150 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.339.

"Sedangkan untuk  perdagangan Senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp.15.070 - Rp.15.180," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Jumat (20/9/2024).

Penguatan Rupiah seiring pelonggaran suku bunga The Fed yang dapat menyebabkan suku bunga turun sebanyak 125 basis poin tahun ini.

Sebagai informasi, Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve (FOMC) untuk pertama kalinya sejak 2020 memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar setengah poin persentase, atau 50 basis poin. Keputusan tersebut menurunkan suku bunga dana federal The Fed ke kisaran antara 4,75%-5%.

"Namun Ketua Fed Powell menawarkan prospek yang kurang dovish untuk suku bunga jangka menengah hingga panjang, dengan menyatakan bahwa suku bunga netral akan jauh lebih tinggi daripada yang terlihat di masa lalu. Namun, para pedagang menyambut baik prospek penurunan tajam suku bunga dalam waktu dekat," papar Ibrahim.

Sementara itu, di Asia, China mempertimbangkan untuk menghapus pembatasan besar pada pembelian rumah untuk menghidupkan kembali pasar perumahan - sebuah langkah yang dapat memberikan dorongan bagi sektor properti yang sedang terpuruk.

 Namun, Bank Rakyat China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman utamanya tidak berubah pada hari Jumat. Langkah ini mengecewakan beberapa pedagang yang berharap akan lebih banyak penurunan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lamban di negara tersebut.

"Seruan untuk lebih banyak stimulus dari Beijing meningkat dalam beberapa minggu terakhir, terutama setelah serangkaian pembacaan ekonomi yang lemah untuk bulan Agustus. Sebelumnya, pertumbuhan produksi industri China juga melambat ke level terendah dalam lima bulan bulan lalu, dan penjualan eceran serta harga rumah baru semakin melemah," Ibrahim menyoroti.

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ekonom Ramal BI Pangkas Suku Bunga 75 -100 bps Jika The Fed Lanjut Melonggar

Suku Bunga
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Ibrahim lebih lanjut mengatakan, apabila melihat keagresifan The Fed yang akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 125 bps tahun ini, maka Bank Indonesia (BI) diprediksi memangkas suku bunga tambahan lagi  antara 75 -100 bps berada pada kisaran 5,25-5,00 persen, yang bertujuan untuk membangkitkan kembali roda perekonomian yang sebelumnya lesu, akibat suku bunga kredit perbankan yang tinggi.

"Hal ini, mempertimbangkan prospek kebijakan moneter The Fed, lintasan inflasi Indonesia yang rendah, transaksi berjalan yang terkendali, Neraca Perdaganagna Indonesia tetap stabil dan cadangan devisa yang terus meningkat," jelas dia.

Pada Agustus 2024, inflasi umum sedikit menurun menjadi 2,12 persen year on year (yoy), turun dari 2,13 persen yoy pada Juli 2024.

 Hal Ini menandai tingkat terendah sejak Februari 2022. Meski demikian, level inflasi ini masih berada dalam kisaran target BI sebesar 1,5 hingga 3,5 persen.


Mendukung Ekonomi Agar Tetap Solid

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Di sisi lain, momentum penurunan suku bunga acuan BI ini diperkirakan mendukung pertumbuhan ekonomi agar tetap solid. Terutama bagi industri perbankan, ungkap Ibrahim.

"Pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut diperkirakan akan mendorong penurunan cost of fund, yang selajutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit.  Tujuannya agar permintaan kredit bisa terdongkrak sehingga perekonomian kembali pulih dan membaik di masa transisi pemerintahan," paparnya.

Sekadar informasi, pemangkasan suku bunga acuan ini adalah yang pertama sejak Februari 2021. Suku bunga BI sempat bertahan di level 3,5 persen sejak Februari 2021 sampai Juli 2022. Kemudian, kenaikan mulai terjadi pada Agustus 2022 hingga Agustus 2024 yang berada di level 6,25 persen.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya