Permintaan KPR Masih Banyak, Target Kredit BTN Sesuai Rencana

Penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) terus menunjukkan peningkatan signifikan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 05 Nov 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2024, 16:30 WIB
Komitmen BTN Serahkan Sertifikat KPR
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu memberikan sambutan pada acara Penyerahan Sertifikat KPR di Bandung, Jawa Barat (31/5/2023). Bank BTN berkomitmen memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat sebagai debitur KPR BTN seperti penyelesaian sertifikat yang menjadi hak debitur. (Liputan6.com/HO)

Liputan6.com, Jakarta Di tengah tantangan ekonomi dan tingginya biaya dana perbankan, penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) terus menunjukkan peningkatan signifikan.

Hingga akhir Agustus 2024, pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tercatat sebesar 13,05% year-on-year (yoy), mencapai Rp355,2 triliun, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang berada di angka 11,4% yoy, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Direktur Utama BTN, Nixon Napitupulu, mengungkapkan bahwa peningkatan ini terutama didorong oleh KPR subsidi dan non-subsidi, serta kredit konstruksi untuk mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat Indonesia.

“Permintaan terhadap KPR di pasar masih sangat tinggi. Kami optimis dengan pertumbuhan kredit BTN yang masih berada di jalur yang tepat hingga akhir tahun,” kata Nixon, Selasa (5/11/2024).

Proyeksi Kredit

Nixon juga menambahkan bahwa pertumbuhan kredit BTN diproyeksikan tetap double digit karena tingginya minat masyarakat untuk membeli rumah.

Hal ini terlihat dari penyaluran KPR subsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), yang kuotanya secara nasional telah habis pada Agustus 2024.

Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) untuk kuartal III-2024 menunjukkan bahwa permintaan KPR terus meningkat.

Berdasarkan survei tersebut, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru tercatat sebesar 80,6%, dengan pertumbuhan terbesar berasal dari kredit konsumsi, terutama KPR.

BI juga memproyeksikan tren peningkatan penyaluran kredit akan berlanjut hingga kuartal IV-2024, meskipun terjadi pengetatan pada persyaratan administrasi.

Namun, aspek lain seperti suku bunga kredit, biaya persetujuan kredit, dan jangka waktu kredit diperkirakan akan lebih longgar, mendukung peningkatan penyaluran kredit.

 

Soal Insentif

PPKM Melonggar, BTN Tawarkan Kemudahan Transaksi
Nasabah menunggu antrean di salah satu kantor cabang Bank BTN di Jakarta, Kamis (7/10/2021). Selain perubahan jam layanan di jaringan kantor, Bank BTN juga menawarkan kemudahan transaksi seperti mobile banking, internet banking, portal btnproperti.co.id, hingga rumahmurahbtn.co.id. (Liputan6.com)

Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang diberikan oleh BI ke sektor padat karya, termasuk sektor perumahan, disambut baik oleh Nixon. Langkah ini diharapkan dapat memberikan tambahan likuiditas bagi BTN, yang fokus utamanya adalah pembiayaan perumahan.

Nixon menjelaskan bahwa dukungan pemerintah dan regulator kepada sektor perumahan sangat penting karena sektor ini memiliki dampak yang luas terhadap 185 subsektor lainnya, termasuk sektor padat karya. “Setiap pembangunan satu rumah dapat menyerap lima tenaga kerja, sehingga pembangunan 100.000 rumah akan menyerap 500.000 tenaga kerja per tahun. Hal ini akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” jelas Nixon.

Program Tiga Juta Rumah Dukung Pertumbuhan Kredit BTN

Nixon juga optimistis bahwa Program Tiga Juta Rumah yang dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akan menjadi katalis pertumbuhan kredit BTN di masa depan. Program ini akan membangun dua juta rumah di pedesaan, termasuk renovasi rumah tidak layak huni, yang diyakini dapat mempercepat permintaan kredit perumahan.

“BTN siap mendukung program pemerintah ini dengan menyalurkan pembiayaan untuk renovasi rumah tidak layak huni di pedesaan. Berdasarkan data, masih ada sekitar 25 juta unit rumah tidak layak huni di seluruh Indonesia, dan merenovasi rumah tersebut akan menjadi instrumen penting dalam menggerakkan ekonomi desa,” tutup Nixon.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya