Gelar Pesta Mewah 3 Hari 3 Malam, Pejabat Desa di China Dipecat

Wakil Kepala Desa Qingheying di pinggiran kota Beijing, China, Ma Linxiang dipecat dari jabatannya karena bertindak terlalu boros.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 15 Okt 2013, 09:40 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2013, 09:40 WIB
china-pesta-140313d.jpg
Wakil Kepala Desa Qingheying di pinggiran kota Beijing, China,  Ma Linxiang dipecat dari jabatannya karena bertindak terlalu boros setelah menyelenggarakan pernikahan senilai 1,6 juta yuan atau setara Rp 2,85 miliar untuk pernikahan anak lelakinya.

Pemecatan Ma akibat pernikahan mewah yang berlangsung selama tiga hari tiga malam tersebut merupakan gerakan anti korupsi dan gaya hidup berlebihan.

Seperti dikutip dari scmp.com, Selasa (15/10/2013), Ma menyelenggarakan pernikahan berkapasitas 250 meja di sebuah gedung pertemuan di Qienheying, Beijing. Gedung tersebut merupakan bagian utama Olimpiade Beijing 2008 lalu.

Ma mengkonfirmasi pada Beijing News, pernikahan tersebut diselenggarakan kedua belah pihak dan dia tak bisa menghentikan gaya hidup mewah keluarga mempelai wanita. Dia juga tidak bisa menyembunyikan pesta gemerlap yang menonjol tersebut mengingat dua selebritis ternama mengisi acara tersebut.

Unit anti korupsi Partai Komunis memecat Ma karena bertindak terlalu boros dan melanggar disiplin hukum partai tersebut. Meski belum ditemukan adanya indikasi penggunaan dana masyarakat, tapi unit tersebut tengah menyelidikinya.

Sejak memimpin Partai Komunis akhir tahun lalu dan menjadi presiden sejak Maret, Xi Jinping menyebut korupsi sebagai ancaman ketahanan partai. Dia juga bersumpah untuk memberantas korupsi di negaranya.

Xi juga berusaha meredakan kemarahan masyarakat atas sikap para pejabat partai yang bertentangan dengan hukum, khususnya bagi para pejabat partai yang hidup serba mewah dengan kondisi gaji pemerintahan yang terhitung rendah.

Bulan lalu, politisi senior Bo Xilai dihukum penjara seumur hidup setelah ditemukan bersalah melakukan korupsi, menerima dana suap dan menyalahgunakan kekuasaan.

Sementara itu, Ma mengungkapkan desanya hanya menerima bayaran selama dua hari sebesar 200 ribu yuan. Dia mengaku hanya menerima sebagian kecil dari dana tersebut.

Para tamu biasanya memberikan amplop berisi banyak uang tunai yang dikenal dengan `hong bao`. Uang tersebut seringkali digunakan untuk mengganti biaya pernikahan, tapi dapat juga digunakan sebagai cara untuk menerima dana ilegal atau sebagai saluran dana suap.

Ma mengaku sangat memahami kampanye anti korupsi yang digalakkan Presiden Xi.

"Saya pejabat desa, saya tahu semua tentang peraturan di partai, dan mana yang tidak boleh saya lakukan, tapi keluarga mempelai wanita memaksa dan saya tidak bisa menghentikannya," jelasnya pada Xinhua.

Dia menerangkan, keluarga mempelai wanita merupakan pebisnis kaya dari provinsi Jiangsu Timur. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya