Ingin Bangun PLTA, RNI Malah Diminta Uang Kompensasi

PT RNI ingin membangun PLTA di area perkebunan teh milik anak usahanya Mitra Kerinci di Solok Selatan, Sumatera Barat.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Des 2013, 10:10 WIB
Diterbitkan 06 Des 2013, 10:10 WIB
rni-131121b.jpg
Rencana PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di area perkebunan teh milik anak perusahaannya Mitra Kerinci di Solok Selatan, Sumatera Barat, hingga saat ini belum juga terealisasi. Hal ini lantaran masih terkendala pada permintaan dari pejabat setempat yang menginginkan agar mendapatkan bagian dari lahan tersebut.

"Karena bupatinya minta kompensasi lahan yang di atas perkebunan teh. Ya kita tidak bisa kasih karena itu kan tanah punya negara," ujar Direktur Utama PT RNI Ismed Hasan Putro di Jakarta, seperti ditulis Jumat (6/12/2013).

Dia menjelaskan, sebenarnya lahan yang diminta oleh oknum pejabat tersebut hanya seluas 1 hektare (ha), namun dikhawatir jika satu orang diberikan lahan, maka pejabat dan masyarakat yang lain akan ikut meminta 'jatah' lahan tersebut.

"Mereka sih minta cuma 1 hektare, cuma kalau satu minta nanti semua minta. Sekali pintu dibuka, semua ikut-ikutan. Kendalanya itu saja," lanjutnya.

Selain itu, menurut Ismed, jika RNI mengabulkan permintaan tersebut, maka prosesnya akan lama dan juga merugikan banyak pihak. "Kalau kita kasih, akan merugikan banyak pihak juga. Prosesnya juga kan enggak gampang, kita harus minta izin juga ke Kementerian Keuangan," jelasnya.

Dia menyebutkan, PLTA tersebut nantinya mampu memberikan kontribusi untuk penyediaan listrik sebesar 22 megawatt (MW) yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik pada perkebunan teh dan masyarakat sekitar.

"Kontribusinya 22 MW bisa untuk menekan biaya produksi. Rencana pembangunan sudah oke, studi kelayakan sudah selesai, dana sudah ada, sudah mau ground breaking. Dengan PLN juga sudah ada penjajakan untuk jual beli, mereka sudah welcome," katanya.

Lahan teh yang dimiliki oleh anak perusahaan RNI ini memiliki luas sekitar 3.000 ha yang menghasilkan teh hitam dan putih. Hasil perkebunan tersebut pun telah diekspor ke Taiwan, Belanda dan Jerman. "Kita ekspor terus tiap bulan 8 kontainer ke Taiwan," tandas Ismed. (Dny/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya